Bab 32

7.4K 720 101
                                    

***

Hari ini adalah hari senin, hari dimana seluruh murid sekolah akan mengadakan upacara tepat pada pukul 7 pagi. Dan hari senin juga adalah satu-satunya hari paling tidak di sukai oleh seluruh murid Sriguna.

Upacara juga sudah berlangsung dari 15 menit yang lalu, penaikan bendera merah putih juga sedang di laksanakan. Namun berbeda dengan ketiga orang pemuda yang sedang asik duduk di kantin sekolah tanpa melakukan kegiatan upacara sekolahnya.

Siapa lagi kalau bukan Edo, Putra dan Akbar. Tiga pemuda yang memang sudah sering membolos di waktu upacara ini, dan mereka juga akan berakhir di hukum oleh guru karena ketahuan tidak mengikuti kegiatan upacara.

Mereka bertiga memesan bakso untuk mengisi perut nya yang sudah lapar, ketiga pemuda itu memang tidak ada akhlak nya, orang-orang pada upacara mereka malah asik makan di kantin tanpa takut ketahuan guru.

Dan Edo yang sekarang sedang membayar makanan nya kepada Ibu kantin, kemudian berjalan ke arah tempat duduk pojokan yang dimana sudah ada Putra dan Akbar.

Sesampainya Edo di sana, Edo mengamati bakso nya dengan intens. Matanya langsung melotot kaget karena satu bakso nya hilang, padahal tadi jumlah bakso yang ada di mangkok nya berjumlah 10.

"Siapa yang nyomot bakso gue?!!!" pekik Edo dengan raut kesal, tatapan pertama menuju ke arah Putra.

"Bukan gue," jawab Putra tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Nggak percaya gue Put nggak percaya! Pasti lo yang nyomot bakso gue, ngaku lo!?"

Putra berdecak pelan. "Yaelah Do bakso ilang satu aja udah kayak kehilangan seribu emas lo! Udah si ikhlasin aja cuma satu mah."

"Balikin Putra, gue nggak ikhlas ya lo ngambil bakso gue." Edo menatap Putra dengan tatapan memicing.

"Bukan gue yang ambil!" elak Putra.

"Pasti lo yang ngambil!"

"Bukan!"

"Pasti lo!"

"Bukan, Edo monkey."

"Pas--"

"Berisik, Bego!" potong Akbar yang mulai jengah dengan pertengkaran mereka berdua hanya karena masalah bakso hilang satu. "Cuma karena bakso ilang satu biji sampe ribut gini? bocah tau nggak."

"Ya abisnya gue udah beli mahal-mahal masa di malingin si, kesel banget kan jadinya," balas Edo dengan muka murung, selera makan nya menurun hanya karena bakso nya hilang satu ditambah Putra tidak mau ngaku, menyebalkan.

"Lah anjir bakso cuma ceban doang di bilang mahal, kismin amat lo Do." sahut Putra.

"Bodo!"

Putra memutar bola matanya malas, kemudian menusukkan satu bakso yang berada di mangkoknya lalu menaruh nya di mangkuk Edo, memang Putra sih yang mengambil satu bakso Edo, hehe.

"Tuh elah gue balikin, baperan amat lo kek Didit." ejek Putra.

Jika kalian ingin tahu siapa Didit, Didit adalah murid yang sekelas dengan mereka. Didit yang memang memiliki sikap baperan akut hingga murid-murid yang mengenal mereka selalu memanggil nya dengan sebutan 'Diran' yang artinya Didit baperan.

ARKAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang