Bab 15

8K 909 42
                                    

Jika mimpi adalah satu-satunya cara agar aku bisa mendapatkan kebahagiaan, maka aku tidak akan pernah mau untuk membuka mataku sedikit saja.

Bagaimana rasanya jika kamu hidup sebatang kara tanpa ada satupun orang yang menemani?

Bagaimana rasanya ketika kamu sedang berada di puncak kesedihan, tetapi tidak ada satu orangpun yang berada di sisi mu?

Akankah kamu bisa hidup baik-baik saja tanpa ada oranglain yang menemani hidupmu?

***

Sekarang Adel baru saja sampai didepan rumahnya. Pulang sekolah sudah dari jam set6 sore, dan kini Adel baru sampai rumah jam set7 sore. Dia langsung keluar dari mobilnya sambil menenteng tas sekolahnya dengan muka lesu.

Sesampai didepan teras, Adel dikejutkan oleh Kakaknya yang sudah berada di teras dengan beberapa koper dan tas seperti orang ingin berpergian jauh.

"Lo ngapain?" tanya Adel dengan dahi mengerut.

"Pergi," jawab Andra tanpa mengalihkan pandangannya dari kopernya.

"Kemana?"

"Amerika. Dan gue akan tinggal disana selama-lamanya tanpa balik lagi kesini."

Deg.
Seketika jantungnya berdegup begitu kencang. Apa maksud dari perkataan Kakaknya?

"M-maksud lo?" tanya Adel dengan dua alis terangkat.

Andra menghela nafasnya kasar dan menatap Adiknya dengan intens. "Gue nggak akan tinggal disini lagi, dan mulai sekarang gue akan mulai hidup baru di Amerika tanpa lo."

"J-jadi maksud lo, lo ninggalin gue disini?"

Mata Adel sudah berkaca-kaca, tangannya juga mulai ikut gemetar. Tidak, pasti ini tidak mungkin. Kakaknya tidak mungkin meninggalkan dirinya sendirian disini.

"Iyalah. Mulai sekarang juga lo urus hidup lo sendiri tanpa harus menghubungi gue lagi," kata Andra begitu menusuk.

"K-kenapa? Kenapa lo harus ninggalin gue?! Kalau lo ninggalin gue sendirian disini, terus siapa yang bakal nemenin hidup gue Kak? Gue harus hidup sebatang kara tanpa adanya lo dan Mami gitu? Kak, jangan. Gue mohon jangan pergi." tutur Adel dengan mata yang penuh berharap.

Tidak ada rasa tersentuh sedikitpun melihat Adel memelas kepada Andra, Andra justru tersenyum miring melihatnya. "Bukannya dulu lo yang bilang sendiri sama gue untuk urusin hidup kita masing-masing? Dan seharusnya lo seneng dong gue pergi, karena sehabis ini nggak bakal ada yang ngebebanin hidup lo lagi."

Adel langsung menggeleng kuat. "Gue emang pernah bilang gitu, tapi bukan berarti lo akan pergi jauh ninggalin gue untuk selama-lamanya gini! Gue ini manusia sosial, gue masih butuh seseorang untuk nemenin kehidupan gue. Lo kakak kandung gue, massa iya lo tega ngebiarin gue hidup tanpa ada orang satupun?"

"Gue udah nggak perduli lagi sama lo, Del. Gue udah capek tahu nggak. Lo itu Adik yang nyusahin, nggak berguna dan selalu bikin hidup gue tambah rumit!! Jadi gue mau mulai sekarang kita nggak usah ada hubungan darah apapun lagi!! Anggap aja gue ini bukan kakak lo, okey?"

"Nggak! Gue nggak mau! Gue masih butuh lo Kak Andra, please ngertiin gue ya? Gue mohon... Cukup Mami yang selalu ninggalin gue berminggu-minggu, lo jangan. Please Kak, gue nggak punya siapa-siapa lagi kalau lo nggak ada disini." lirih Adel.

ARKAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang