***
Malam ini Adel sudah siap dengan pakaian hoodie nya yang berwarna hitam, dengan rambut panjangnya yang sengaja ia kunci agar tidak berantakan karena terkena angin.
Diluar rumahnya sudah ada Vera yang baru beberapa menit tadi sampai, mereka berdua sudah sepakat untuk pergi kerumah sakit jiwa untuk menjenguk Fani.
Setelah semuanya sudah selesai, Adel langsung keluar menemui Vera yang mungkin sudah sedikit bete karena menunggunya.
"Ver," panggil Adel membuat gadis berambut kepang satu itu menoleh.
"Lama banget lo, Del! Sejam tau nggak gue nungguin lo!" omel Vera.
"Dih, nungguin cuma dua menit doang sangkanya sejam, gila lo."
"Bodo! Btw, lo udah bilang bu Dewi kalau kita berdua mau kesana?"
Adel mengangguk. "Udah."
"Lo nanya nggak tentang keadaan Fani malam ini?"
"Nanya. Kata bu Dewi, malam ini Fani lagi baik-baik aja, tapi ya gitu, masih sering ngelamun," kata Adel memberitahu.
Vera menghela nafasnya kasar. "Kapan ya dia bisa sembuh, supaya bisa kumpul bareng lagi kayak dulu. Gue sedih banget, pas tau Fani di hamilin sama cowok brengsek yang nggak mau bertanggung jawab."
"Sama, gue juga. Dan gue bersumpah kalau gue udah nemuin siapa pelaku yang udah buat Fani seperti ini, gue nggak akan pernah biarin orang hidup atau bernafas sedikitpun."
"Kita berdoa aja, supaya bisa cepet-cepet ketemu pelaku yang sebenarnya."
"Aminn. Kalau gitu, kita berangkat sekarang, keburu kemaleman."
Vera mengangguk dan mereka berdua pun masuk kedalam mobilnya Vera.
Dan disepanjang perjalanan, keduanya saling mengobrol agar suasana tidak sepi dan sunyi. Apalagi ditambah malam ini yang lumayan ramai sekali, banyak kendaraan yang berkeluaran tidak seperti biasanya.
Beberapa menit kemudian.
Adel dan Vera sudah sampai di rumah sakit jiwa tersebut. Mereka berdua masuk kedalam, dan didalam juga lumayan sepi, tidak ramai sama sekali. Paling hanya ada beberapa pasien jiwa lainnya yang sedang berkeliaran dengan gaya yang sudah agak tidak waras.
Didalam kamar nomor 06 sudah ada gadis yang sedang duduk dikasur dengan muka yang lusuh, rambut nya berantakan namun walaupun begitu warna kulitnya tetap putih memang keturunan dari Almarhumah ibunya yang dulunya sangat cantik.
Gadis itu atau lebih tepatnya Fani, dia sedang di suapi makan oleh Bu Dewi. Fani langsung terlonjak kaget saat melihat kedatangan Adel.
"Adel!!!" pekiknya yang langsung berlari dan memeluk Adel sangat erat. "Adel, maafin aku waktu itu aku pernah marahin kamu, aku bener-bener---"
"Gapapa, Fan. Kamu nggak perlu minta maaf, dan kamu juga nggak pernah salah. Justru aku yang minta maaf karena belum bisa nemuin siapa pelaku yang sebenarnya," kata Adel.
Perlahan Fani melepaskan pelukannya. "P-perut Fani s-sakit..." lirihnya.
Adel tertegun dan menatap kearah Bu Dewi yang langsung mengangguk sambil tersenyum sendu seperti mengatakan sebuah kode.
Adel yang paham apa maksudnya, Adel langsung mengangguk paham. Maksud ucapan Fani tadi adalah waktu dimana bayi yang didalam kandungannya itu keguguran karena kecelakaan, membuat Fani semakin stress dan gila.
"Jangan bahas apapun ya." Adel mengusap pelan pipi Fani sambil tersenyum.
Tak sengaja mata Fani menatap kearah seorang gadis yang sedang berdiri menatapnya sambil tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN [END]
Teen Fiction[Series story of Rajendra family] (Bisa dibaca terpisah) [FOLLOW SEBELUM BACA] Bagi Arkan, Adel adalah pengganggu. Bagi Adel, Arkan adalah pelindung. Arkan yang tidak suka diusik, dan Adel yang suka mengganggu Arkan setiap saat. Saat malam itu A...