***
Pagi ini Arkan tengah duduk di pojokan kantin dengan posisi duduknya yang bersebelahan dengan Edo. Suasana makan pagi mereka di kantin begitu sunyi, hanya ada suara sendok ketika mereka sedang makan, juga suara anak-anak murid lainnya yang sedang memesan makanan.
Karena kejadian kemarin malam, mendadak semuanya menjadi kacau. kenyataan yang sangat mereka tidak duga bahwa Akbar pengkhianat nya.
Namun beberapa dari anggota Birawa ada yang tidak yakin bahwa Akbar pengkhianat nya, walaupun sebenarnya sudah ada sedikit tanda-tanda kecurigaan tentang Akbar, namun bukan berarti juga Akbar lah pengkhianat nya, fikir mereka.
Tiba-tiba saja datanglah seorang pemuda dengan seragam acak-acakan, luka lebam yang berada di kening dan pipi.
Pemuda itu atau lebih tepatnya adalah Akbar, dia menghela nafasnya sebentar dengan pandangan mata menatap ke arah
Arkan."Arkan." panggil Akbar.
Arkan diam tidak menyahut ataupun menoleh, melainkan hanya fokus memakan nasi gorengnya.
"Arkan."
"Ar--"
Tang
Dengan sengaja Arkan menjatuhkan sendoknya membuat mereka yang berada di dekatnya terlonjak kaget.
Walau begitu Arkan tetap tidak mau menoleh ke sumber suara tersebut, dia malah diam dengan tangan mengepal.
"Gue bisa jelasin semuanya," ucap Akbar.
Dan akhirnya Arkan pun menoleh lalu berkata. "Ya, silahkan jelasin."
Arkan bangun dari duduknya, menatap Akbar dengan tatapan yang sulit di artikan. teman-temannya hanya bisa diam, tidak berani mengikut campur.
"Apa yang lo lihat tadi malam itu salah, semuanya nggak seperti apa yang lo lihat waktu itu. Gue bukan dari dalang semua masalah ini, dan seharusnya lo lebih percaya sama gue dibanding ucapan dari anak Achilles," jelas Akbar.
"Udah?"
"Kan..."
"Penjelasan lo, basi."
"Gue bener-bener bukan pengkhianat nya, Arkan! dan juga, lo nggak bisa ngeluarin gue dari Birawa gitu aja."
Arkan tertawa. "Gue ketuanya. dan gue bebas mau melakukan apa aja."
"Tapi--"
"Pantes aja waktu Adel di culik, lo terlihat marah banget, ternyata lo tertarik sama dia. dan langsung mau berusaha milikin Adel sepenuhnya lalu berusaha juga buat nyingkirin gue dari semuanya."
Tangan Akbar mengepal, bisa-bisanya Arkan membuat kesimpulan seperti itu. "Gue nggak segila itu!!"
"Lo emang gila."
"Namanya juga pengkhianat, pasti selalu punya cara biar nggak ketahuan." ucapan yang dilontarkan secara tiba-tiba oleh Putra, membuat semuanya menengok termasuk Arkan.
"Tapi sekali ketahuan, dia nggak bakal bisa ngelak lagi," balas Akbar.
"Lo lagi ngomongin diri lo sendiri?" Putra membalas dengan tawa pelan yang terdengar seperti meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN [END]
Teen Fiction[Series story of Rajendra family] (Bisa dibaca terpisah) [FOLLOW SEBELUM BACA] Bagi Arkan, Adel adalah pengganggu. Bagi Adel, Arkan adalah pelindung. Arkan yang tidak suka diusik, dan Adel yang suka mengganggu Arkan setiap saat. Saat malam itu A...