***
Setelah Arkan dan Adel selesai makan di tempat bubur, mereka kembali ke sekolah nya. dan setelah itu pula, Arkan mengantar Adel sampai rumahnya. sebenarnya Adel ingin sekali menginap dirumah sakit dan menemani Akbar namun Arkan melarang dan berkata 'masih ada waktu malam buat lo menjenguk Akbar' menyebalkan sekali.
Sekarang sudah pukul 8 malam, setelah pulang sekolah Adel terus merengek kepada Arkan untuk membelikan nya paket burger, Arkan menolak. namun Adel terus saja merengek sebagai tagihan janji Arkan saat di tukang bubur tadi. akhirnya, Arkan hanya bisa pasrah dan menurut.
Dan kini mereka berdua sudah berada tepat di depan pintu rumah Adel. beberapa menit keadaan hening, akhirnya Adel pun membuka suaranya.
"Makasih atas makanannya," ucap Adel senang sembari mengangkat tentengan yang berisi paket burger.
Arkan memutar bola matanya malas. "kalau bukan karena rengekan berisik dari lo, gue juga males buat beliin nya."
"Dasar pelit!"
"Bukan soal pelit, masalahnya lo itu belum makan dari kemarin sore. kalau lo tiba-tiba langsung makan ini tanpa makan nasi dulu, bisa-bisa perut lo bakal sakit."
"Tenang aja, perut gue nggak bakal sakit, udah kebal."
"Terserah."
Adel terkikik geli melihat Arkan yang mulai jengah menghadapi Adel. Arkan perhatian, namun cara perhatian nya itu salah. dia menyuruh Adel untuk memakan bubur, sama aja pemuda itu menyuruh nya mati perlahan.
"Mau mampir dulu nggak?" tawar Adel, sengaja menawarkan seperti itu karena lagipula jam masih tidak terlalu malam.
"Boleh?" tanya Arkan balik.
"Kalau nggak boleh, gue nggak akan nawarin."
"Yaudah."
"Yaudah apa?"
"Nggak mampir."
Dahi Adel mengerut bingung. "kenapa?"
"Kalau gue mampir, terus khilaf, lo mau tanggung jawab?" kata Arkan seraya tersenyum menggoda.
Adel mendengus sebal. dasar pemuda mesum, bisa-bisanya Arkan berfikiran seperti itu.
"Dasar jorok! mending lo buang tuh jauh-jauh fikiran kotor lo itu!" sarkas Adel.
"Emang gue mikirin apa deh?"
"Mikir jorok!"
"Jorok gimana?"
Adel yang lama-lama jengah, dia menarik nafasnya panjang. berusaha sabar menghadapi Arkan yang sudah mengeluarkan sikap paling menyebalkannya.
"Lo takut khilaf, sama aja lo itu lagi mikir jorok." ketus Adel.
"Emangnya gue khilaf apaan deh?" tanya Arkan yang sengaja memancing emosi Adel.
Mendadak Adel gugup sendiri. "k-khilaf... gituan kan?"
"Salah," balas Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN [END]
Teen Fiction[Series story of Rajendra family] (Bisa dibaca terpisah) [FOLLOW SEBELUM BACA] Bagi Arkan, Adel adalah pengganggu. Bagi Adel, Arkan adalah pelindung. Arkan yang tidak suka diusik, dan Adel yang suka mengganggu Arkan setiap saat. Saat malam itu A...