Bab 31

7.8K 661 130
                                    

***

Saat ini Akbar, Edo, Putra dan Rasyid sedang berada di rumah keluarga Rajendra lebih tepatnya untuk bertemu Arkan karena Arkan sendiri yang menyuruh mereka datang untuk membahas sesuatu yang penting.

Dan sekarang mereka berempat tengah berjalan menaiki tangga. Edo dan Putra yang dari tadi sedang bercanda, sehingga Akbar dan Rasyid melihatnya sampai jengah.

"Dasar lo, mirip ikan Cupang!" ejek Edo.

"Lah dari pada lo, mirip ikan sapu-sapu!" balas Putra.

"Masih mending gue mirip ikan sapu-sapu, dari pada lo mirip ikan cupang. Kecil, sama kayak Batang lo!"

"Anjing! Jaga omongan bego, di rumah Rajendra ni bisa-bisa mulut lo di gorok sama Om Arga." peringat Akbar mulai buka suara.

"Tau tuh Edodol!" sahut Putra.

"Bicit," jawab Edo seraya memajukan bibirnya seperti bebek.

Kini sampai lah mereka di depan pintu kamar Arkan, sebenarnya bukan kemauan mereka berjalan menghampiri kamar Arkan, melainkan Ayahnya sendiri si Om Arga, yang menyuruh mereka.

"Ketok, Do." suruh Putra.

"Pake salam nggak?" tanya Edo.

"Bukan, pake Dangdut!"

"Dih lawak lo badut."

Plak
Edo dan Putra saling meringis karena Akbar menggeplak kepalanya cukup keras. Mereka berdua saling menatap ke arah Akbar dengan tatapan kesal.

"Mulut kalian berdua kebanyakan bacot!" oceh Akbar.

Edo hanya mencebik kesal. "Yaudah, biar gue ketok dulu."

Saat tangan Edo sudah bersiap ingin mengetuk Pintu nya, justru pintu nya malah sudah terbuka duluan sebelum Edo mengetuknya.

Lantas Edo terlonjak kaget, di tambah nongol wajah Arkan yang membuat nya malah tambah sangat kaget. Edo mengusap dada nya dan mengucapkan Astagfirullah tiga kali membuat Putra dan Akbar yang melihatnya langsung menggelengkan kepalanya.

"Buset dah Kan, bikin jantung gue mau mental aja lo," ucap Edo.

"Ngapain?" tanya Arkan seraya menampilkan wajah datar nya.

"Lah kan lo nyuruh kita semua buat kesini."

"Oh, lupa."

Edo hanya berdecak pelan, dan tidak sengaja matanya menatap ke belakang Arkan. Matanya langsung melotot kaget, mulutnya bahkan menganga lebar.

"Anjir!!" celetuk Edo dengan ekspresi yang masih sama, membuat keempatnya ikut menatap ke arah pandangan yang Edo lihat. "Lo ngapain berduaan di kamar? Abis ena-ena ya?!" sambungnya.

"Sinting," jawab Arkan ketus.

"Terus ngapain? Ah, apa jangan-jangan kalian--"

"Bar, mending lo bawa ni anak pergi aja deh. Berisik soalnya." cetus Rasyid mulai buka suaranya yang sedari tadi diam.

"Apaan si lo Caper!" ketus Edo.

ARKAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang