Bab 26

8K 698 31
                                    

***

Seorang pria berbaju hitam polos yang kini sedang berjalan kearah seorang pria yang tengah duduk di kursi dengan satu tangannya yang memegang satu buah batang rokok. Mukanya sangar, dia memiliki rahang yang tegas, mata sipit nya yang begitu tajam dan juga kumis tipis yang membuat nya tambah merasa seram.


"Kita hampir ketauan," ucap seorang pria berbaju hitam yang kini duduk berhadapan dengan pria kumis tipis tersebut.

"Kok bisa?" tanyanya.

"Cuma nebak aja. Dan gue rasa, kita nggak selamanya nutupin ini terus." jedanya sambil berfikir sesuatu. "Apa gue langsung ngomong aja ke Arkan tentang yang sebenarnya?"

"Jangan gila. Kita nggak boleh langsung gegabah kayak gini, kalau lo ngasih tahu Arkan semuanya, bisa-bisa kacau."

"Terus harus gimana lagi?"

"Mumpung Arkan masih belum menyadari semuanya, kita harus susun rencana lagi. By the way kemarin gue ketemu Marcel di deket supermarket, dan dia kayak ketakutan gitu terus tiba-tiba langsung lari gitu aja," jelas pria kumis tipis tersebut.

"Aneh." jedanya sebelum ia mengatakan sesuatu lagi. "Apa dia mau menghindar dari semuanya?"

"Of course not. Kalau dia menghindar, pasti dia tau tentang konsekuensinya, cowok bodoh seperti Marcel itu gampang kita ancem," katanya.

Pria berbaju hitam polos itu hanya menghela nafasnya kasar. "Forget it. Gue harus susun rencana lebih bagus lagi, supaya nggak akan ketauan sama siapapun. Andai waktu dulu Dia nggak nyerang--"

"Nggak usah dibahas. Lagipula Dia nggak nyesel telah melakukannya. Dan kita cuma perlu balesin dendam dia ke Birawa."

"Ck, sebenernya gue bosen kalau lawan nya harus Birawa terus. Tetep kalah dan nggak menarik. Gue mau nyari lawan lagi, menurut lo gimana?" tanya pria berbaju hitam.

"Gue tau lo jagoan, tapi seenggaknya nggak usah mikir hal seperti ini. Banyak masalah yang harus lo selesaikan, kalau lo nyari musuh lagi, bisa-bisa masalah lo nggak akan pernah kelar." tegasnya, kemudian bangun dari duduknya. "Malam ini gue harus ketemu Dia, dan lebih baik lo ke markas buat susun rencana selanjutnya."

"Nggak usah nyuruh, gue bukan Babu lo." ketusnya.

"Terserah."

Setelah itu pria berkumis tipis langsung berjalan pergi meninggalkan pria itu sendiri. Mereka berteman sudah sejak lama, dan mereka juga bekerja sama untuk menghancurkan Arkan beserta orang-orang yang ada disampingnya.

Alasan mereka melakukan ini karena ada suatu masalah yang membuat mereka benci kepada Birawa, dendam yang selama ini mereka pendam tidak bisa terus-menerus disimpan, dan mereka harus membalaskan dendam nya kepada Birawa sampai semuanya terbalaskan.

"Arkan bodoh. bisa-bisanya orang seperti dia ternyata gampang untuk di bodohin." gumam pria berbaju hitam seraya tersenyum licik. "Gue harus cari tahu kelemahan nya sekarang juga."

...

Pagi hari nya,

Pagi ini Arkan masih berada dirumah sakit, dan tidak ada siapapun disini. Orang tua nya sudah pulang duluan di karenakan suruhan dari Arkan, dia tidak mau di jaga seharian penuh oleh mereka. Bukan karena risih, melainkan Arkan tahu kalau mereka juga punya kesibukan masing-masing.

ARKAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang