***
Pagi ini Adel sudah siap dengan memakai dress berwarna putih yang dihiasai beberapa bunga kecil yang cantik, memakai sepatu jelly wedges berwarna hitam dan tidak lupa Adel sengaja mengeraikan rambutnya tanpa dikuncir.
Adel sudah tidak sabar untuk segera pergi bersama Arkan, entahlah rasanya dia ingin sekali menghabiskan waktunya bersama Arkan. mungkin terasa aneh, namun inilah yang Adel inginkan.
Di atas tangga sana, ada seorang pemuda yang memakai kaos hitam dan celana pendek, dan juga muka khas bangun tidur. yah, dia adalah Akbar. Akbar tidak menginap, sejak subuh tadi cowok itu sudah ada dirumah Adel.
Akbar melihat ke arah Adel yang sudah rapih di pagi buta seperti ini, ditambah sekarang adalah waktunya hari Libur sekolah bagi mereka.
"Lo mau kemana sepagi ini?" tanya Akbar sembari menuruni satu persatu anak tangga.
"Jalan sama Arkan," jawab Adel.
"Sepagi buta ini?!"
"Iya lah. gue kan udah berniat buat keliling kemana aja, ke mall, nonton bioskop, makan dan terakhir gue mau ke pantai bareng dia."
"Gila, bucin detected parah lo!" sindir Akbar yang kini sudah berada tepat di hadapan Adel. dia menatap Adel dari atas sampai bawah. sampai akhirnya decakan pelan keluar dari mulut Akbar. "ck dasar pasangan bucin."
"Gapapa bucin, daripada lo sendiri mulu, nggak ada yang ngajak bahagia. sukurin!" sarkas Adel.
"Anjir, sialan." umpat Akbar.
Adel menghembuskan nafasnya pelan, menatap Akbar serius. "lo kangen Papi nggak sih?"
Seketika Akbar terdiam sebentar. sebelum menjawab, Akbar melihat sorot mata Adel.
"Pasti kangen lah, kenapa emang? tumben banget nanya kayak gitu."
"Gue juga." perlahan Adel tersenyum tipis. "rasanya gue ingin ketemu Papi, meluk Papi kayak dulu. tapi udah nggak bisa, terus kalau mau ketemu Papi yang pastinya harus meninggal dulu, dan apa gue harus meninggal dulu supaya bisa ketemu dia?"
"Del jaga ucapan lo." tegur Akbar. "lo boleh kangen sama Papi, tapi nggak gitu juga caranya. lo bisa minta sama Tuhan buat datengin Papi di mimpi lo, dan itu udah lebih dari cukup."
"Tapi gue--"
"Nggak usah bahas ini lagi. hari ini lo mau senang-senang kan? yaudah, senang-senang aja. nggak usah mikirin hal yang buat lo sedih."
Tingnong
Bunyi suara bel membuat keduanya menoleh. Adel mengambil nafasnya dalam-dalam sembari mengusap ujung matanya yang hampir mengeluarkan air mata, sedangkan Akbar, dia menepuk pelan bahu adiknya.
"Tuh Arkan udah datang, sana samperin. inget, nggak boleh sedih lagi," ujar Akbar.
"Oke," jawab Adel.
"Titip salam juga buat Arkan."
Adel mengangguk. kemudian ia pun berjalan untuk membukakan pintunya. setelah pintu terbuka, tampaklah seorang pemuda yang memakai jaket silver yang dilapisi kaos putih dan celana levis panjang.
"Ganteng banget." puji Adel jujur.
"Makasih, tapi lo nggak cantik," balas Arkan.
"Jahat!"
Arkan terkekeh pelan. "bercanda." perlahan satu tangan Arkan memegang pipi Adel dengan lembut. "lo cantik, setiap harinya selalu cantik."
"Ah males pastinya lo cuma bohongan aja bilang itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN [END]
Teen Fiction[Series story of Rajendra family] (Bisa dibaca terpisah) [FOLLOW SEBELUM BACA] Bagi Arkan, Adel adalah pengganggu. Bagi Adel, Arkan adalah pelindung. Arkan yang tidak suka diusik, dan Adel yang suka mengganggu Arkan setiap saat. Saat malam itu A...