BAGIAN 20

69 12 6
                                    

.
.
.


“Akh, Sialan! Kalian ingin membunuhku ha?!” Aku menutup mata pelan ketika suara Daniel berdenging di telingaku.

“Kau benar, tulangnya patah.” Ucap Minhyun setelah melepas bebatanku.

“Lalu tunggu apalagi? Kita operasi saja dia.”

Daniel langsung berseru mendengar ucapanku. “Panggil Dokter Lee kemari! Aku tidak sudi kau operasi!”

Dia pikir aku juga mau melakukannya?

“Biarkan aku yang mengurusnya Rose. Seseorang sudah menunggumu.” Aku mengernyit dan mengikuti arah pandang Minhyun. Aku mendapati Kwon Eunbi berdiri menatapku tidak jauh dari kami.

Aku menghela napas dan melangkah pergi menuju ruang rawat inap Kim Taehyung tanpa disuruh. Eunbi mengikuti dalam diam. Namun, aku bisa merasakan pandangannya yang terfokus pada rambutku yang tergerai.

“Kau bisa mengecat rambutmu bila ingin seperti milikku Eunbi-ssi.” Dia terkejut ketika aku tiba-tiba berbalik mengadapnya. “Ingin mengatakan sesuatu padaku?” Tanyaku tiba-tiba.

Kwon Eunbi menarik napas singkat. “Iya.” Aku memberikan persetujuan dengan memandang wajahnya lurus tanpa ekspresi. “Saya minta anda untuk berhenti memanfaatkan kebaikan tuan muda.” Aku masih tidak memberikan reaksi. “Saya tahu dengan pasti kalau anda tidak pernah sekalipun menaruh perasaan yang tulus pada tuan muda. Lalu kenapa bersikap seolah anda berkorban demi dirinya?"

Aku melipat tanganku. “Kenapa kau berpikir seperti itu?”

“Karena saya melihat dan mendengar semuanya. Rencana anda untuk menjadikan tuan muda perisai demi keselamatan keluarga anda, dan rencana pembunuhan yang gagal. Menurut anda perdana menteri akan diam saja melihat kedua putranya dimanfaatkan seperti itu?”

“Apa Taehyung juga tahu?” Tanyaku dengan nada dingin. “Ah, itu sebabnya dia berkata seperti itu pagi ini. Hendak melindungiku rupanya.”

Eunbi mengerutkan keningnya mendengar ucapanku. “Anda.. kenapa reaksi anda seperti itu? Tuan muda mengorbankan nyawanya untuk melindungi anda dan ini balasannya?”

“Tahu apa kau tentang melindungi Eunbi-ssi? Kalau kau khawatir padanya ceramahi saja dia bukan aku. Dan kau bilang apa tadi? Aku tidak pernah menaruh perasaan tulus padanya? Sok tahu sekali.”

Eunbi mengembuskan napasnya. “Lalu, kenapa anda membuatnya seperti itu. Bukankah itu menyakiti  perasaan anda juga?"

“Coba saja berpikir seperti itu ketika wajahmu ditampar habis-habisan oleh ayahnya. Bayangkan kau hampir kehilangan saudaramu karena ayahnya. Atau dipenjara di tempat yang dingin sendirian dan disuruh membunuh. Kau masih akan terus menaruh perasaan padanya?” Ucapku dingin namun penuh penekanan, karena aku sadar ini adalah rumah sakit. Tidak baik seorang dokter berteriak di rumah sakit.

Aku menarik napas dan melanjutkan, “Rasa tulus itu pernah ada Kwon Eunbi, percayalah. Tapi, kemana rasa itu sekarang aku tidak mau tahu.” Sebuah tetes air mata mengalir di pipiku. Rasanya panas dan perih ketika tidak sengaja tersentuh luka robek di ujung bibir.

“Senang mendengarnya Rose.” Aku tersentak mendengar suara Taehyung, meskipun tidak kentara. Entah sejak kapan dia berdiri di sampingku, ibu jarinya mengusap titik air mataku perlahan. Kedua matanya menatapku hangat. “Jangan menangis dengan mata ini, kau terlihat semakin cantik.”

“Kau bercanda?” Ucapku dengan wajah datar.

“Sedikit. Kau pasti mau membunuhku sekarang.”

“Ya, tapi setelah wanita ini pergi dari sini.” Taehyung tertawa lemah. Apa dia pikir ini lelucon?

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang