BAGIAN 51 (EPILOG)

65 10 6
                                    

POV ORANG KETIGA

.
.
.

Gerhana itu menghilang. Langit kembali terang, tapi kini sudah tidak berwarna biru melainkan jingga.

Joshua menatap kubah cahaya berisi kobaran api itu dengan dada sesak. “Buka kubahnya.” Wonyoung yang mendengarnya, melirik pada Yuna meminta persetujuan dan akhirnya diangguki.

Gadis itu menggerakkan kedua tangannya, membuat kubah itu menghilang sedikit demi sedikit. Kobaran api yang terjebak di dalamnya tentu saja ikut keluar. Bukan memberikan rasa panas tapi rasa hangat yang menyebar ke seluruh penjuru. Hingga asapnya habis tenggelam ke dalam tanah.

Tidak ada yang bergerak. Semua mata terpaku melihat bagaimana sepetak tanah itu sudah berubah menjadi sebuah medan perang dengan kekacauan yang tidak terbayangkan.

“Rose!” Panggil Joshua yang menggema. “Roseanne!” Tetap tidak ada sahutan.

Dari balik punggung Joshua, Minhee bergerak maju terlebih dahulu melewati bekas garis kubah. Kepalanya menoleh kesana kemari mencari sosok yang dicari. Kedua matanya akhirnya menangkap bayangan tubuh itu. Minhee menghampirinya, dan melihat Rose sudah terbaring lemah dengan air mata mengering di kedua pipinya. Tubuh Rose utuh, tidak seperti dua jasad lainnya yang bahkan sudah tidak berbentuk. Tapi, Minhee yakin bahwa di dalam tubuh itu jiwa Rose sudah tidak singgah.

Felix yang melihat sahabatnya mulai berjongkok memberanikan diri untuk menghampiri. Dengan langkah terseret Felix menahan tangisnya. “Kakak..” Ucapnya begitu mendapati tubuh Rose. “Kakak!” Panggilnya lagi yang tidak mendapat balasan apapun.

“Dia sudah pergi Felix.” Ucap Minhee dengan suara gemetar. “Rose sudah tidak di sini.”

“Tidak. Kakak!” Felix merengkuh tubuh Rose. “Kumohon bertahanlah. Kami akan menyelamatkanmu. Benar kan Eunha? Kalian akan menyelamatkan kakakku kan?” Mohon Felix dengan tangan memeluk kepala Rose.

Semua yang ada disana menunduk, isyarat kalau tidak mungkin mereka melakukannya. “Felix, maafkan kami. Ini sudah pilihan Rose. Kami sangat menyesal tidak bisa berbuat apapun.” Tutur Eunha.

“Bohong! Kalian orang-orang yang diberkati dengan kekuatan itu! Kakakku sudah memberikannya pada kalian dengan taruhan nyawa. Cepat lakukan sesuatu untuk menyelamatkan kakakku!” Teriak Felix putus asa.

Joshua yang melihat Felix menangis meraung akhirnya memutuskan untuk mendekatinya.

“Maafkan aku kak. Kumohon maafkan aku.” Tangis Felix pecah. Rintihannya menyayat setiap hati yang mendengarnya.

Minhee yang menyadari kedatangan Joshua memilih menjauh dan memberikan mereka berdua ruang.

Aku sudah memaafkan kalian. Kau dan Felix.

“Dia sudah memaafkan kita, Felix.” Ucap Joshua yang membuat Felix menatapnya.

Hiduplah sesuai keinginanmu, karena aku sudah hidup sesuai keinganku. Kak Joshua.

“Dia meminta kita untuk hidup sesuai keinginan kita sekarang.” Joshua menatap Felix. “Jangan menangisi pengorbanannya. Itu akan melukainya lagi.”

Mendengar penuturan Joshua, semua orang menangis. Roseanne. Gadis itu tetap keras kepala bahkan ketika kematian berada di depan matanya.

“Kita harus merelakannya sekali lagi, seperti waktu itu.” Joshua berucap, membawa Felix kepada ingatan ketika mereka meninggalkan Rose.

Di tengah kesedihan itu, keempat Roh yang berada di dalam tubuh pengendalinya itu menampakkan diri. Mereka memberikan penghormatan terakhir pada Rose.

“Meskipun sesaat, tapi kau memberikan kami bukti dari pengorbanan. Selamanya, kau akan dikenang sebagai gadis yang membawa kehidupan di dunia ini. Terima kasih Roseanne.” Tutur Wendy yang diikuti dengan pancaran merah dari telapak tangan Rose.

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang