BAGIAN 30

55 11 11
                                    

.
.
.


“Karena pada akhirnya darah yang mengalir di nadimu akan meyakinkanmu untuk berkorban.”

“Yang Mulia, kenapa anda begitu yakin? Bagaimana bila suatu saat mereka memang hanya berniat memanfaatkan anda untuk menguasai kerajaan Arven dan manusia.”

“Kalau memang itu yang terjadi biarlah terjadi. Toh, air yang menuruni gunung menuju laut pada akhirnya akan kembali ke atas gunung dengan caranya sendiri.”

Roh itu memandangi wajahku kian lekat. “Jadi, apa yang anda tunggu di sini jika sudah tahu semuanya dan sudah memilih untuk hanya akan mengikuti arus yang tercipta?”

Aku tersenyum kecil. “Aku lelah. Biarkan aku beristirahat. Lagipula Wendy harus sedikit bekerja daripada terus mengomeliku kesana kemari.”

“Wendy? Siapa Wendy?”

“Wendy itu nama yang kuberikan pada roh angin agar kami semakin dekat. Ah, aku juga belum memberikanmu nama.” Aku merubah posisi dudukku menjadi bersila dan mencoba memikirkan nama yang cocok untuk roh air di depanku ini. “Bagaimana dengan Vernon? Bagus kan?”

“Ver-non?” Ejanya pelan.

Aku mengangguk kecil. “Mulai sekarang akan kupanggil kau Vernon, dan kau panggil saja aku Rose. Bersikap santai saja.”

“Yang Mulia, mana berani saya seperti itu?”

“Lakukan saja. Ini perintah.” Putusku dengan kepala menengadah ke atas. “Sudah berapa lama aku ada di sini?” Gumamku.

“Mungkin 1 jam.”

Mendengar jawaban Vernon, aku segera berdiri dan meregangkan tubuhku. “Kalau begitu kita harus segera pergi dari sini. Keadaan di luar pasti sangat kacau.”

“Tidak juga, Wendy masih bisa mengatasinya."

Satu alisku terangkat. “Kau bisa berkomunikasi dengan Wendy?”

“Tentu saja. Kami semua terhubung satu sama lain.”

Aku melirik kearah lengan kanan bawahku. Sebuah tanda kembali muncul disana. Aku menarik napas pelan dan mulai memfokuskan kekuatan. Kini aku memiliki 3 kekuatan sekaligus. Aku harus bisa mengaturnya. Kalau tidak, aku sendiri yang akan kewalahan mengatasinya.

Sebelum aku keluar dari ingatan ini, aku teringat akan sesuatu. “Vernon, kata Wendy air memiliki ingatan. Boleh aku bertanya sesuatu sebelum kita keluar dari sini?”

“Ya, boleh."

Aku menatap hamparan laut sekali lagi dengan gamang, “Siapa sebenarnya yang memulai semua ini?” Vernon diam, namun wajahnya menunjukkan jawabannya. Aku diam mengangguk kecil. “Tidak masalah jika yang kupikirkan benar, dengan begini aku jadi punya satu alasan lagi untuk semakin menjauhinya.”

.
.
.


Sebuah semburan besar tercipta bersamaan dengan keluarnya aku dari dalam sumur. Aku merangkak sambil berusaha berdiri di atas tanah dengan tubuh basah kuyup. Ketika kulemparkan pandangan ke sekeliling, betapa terkejutnya aku melihat puluhan penyihir sudah mengelilingi sumur dengan berbagai macam senjata.

Namun, anehnya mereka hanya bisa memandangku dari jauh. Terutama Han Jisung yang berdiri dengan pakaian kotor dan mata melotot sempurna.

Ternyata kemampuanmu tidak berkurang.” Aku mendengar Vernon memuji Wendy yang sekarang tengah berusaha keras menghalau para penyihir dengan kubah angin besarnya.

Kau bercanda? Kita tidak punya waktu untuk saling mengobrol sekarang.” Seru Wendy yang membuatku memutar bola mata. “Rose, jadi sekarang bagaimana? Aku mulai kesulitan menahan mereka. Kau punya rencana?

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang