BAGIAN 43

37 7 0
                                    

.
.
.


Aku menarik napas panjang. “Diluar sana, aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanya seorang gadis yang kebetulan menjadi dokter. Hidupku juga tidak lebih baik daripada kalian. Aku harus berusaha sangat keras dan mengorbankan segalanya untuk menemukan kebebasanku sendiri.”

Aku memutar tubuh sedikit, melihat keseluruhan pasukan Arven. “Sebelumnya aku tidak tahu akan keberadaan tanah magis seperti Arven. Selayaknya manusia yang tumbuh besar bersama manusia lainnya, aku menganggap itu hanyalah sebuah dongeng belaka. Tapi semua itu berubah ketika aku tahu kebenarannya. Ketika aku tahu aku memiliki kekuatan, ketika aku tahu pemimpin dunia manusia mengurung dan menyembunyikan roh suci, ketika aku tahu bahwa kisah yang kuanggap dongeng adalah benar adanya, ketika aku tahu pemimpin dunia manusia berniat mengurung dan membuat kalian hidup menderita lebih lama.” Suaraku berubah tajam ketika mengatakan, “ketika aku tahu siapa leluhurku dan diriku sebenarnya.”

Tatapanku menajam. “Karena semua kebenaran itulah aku berusaha mati-matian untuk datang kesini. Untuk mengembalikan apa yang seharusnya milik kalian. Membebaskan kalian dari segala penderitaan yang kalian tanggung akibat ulah manusia tidak beradab diluar sana. Aku tahu kalian masih sangat meragukanku. Aku tahu kalian masih tidak mempercayaiku. Walau bagaimanapun aku tetaplah orang aisng yang belum mengerti semuanya. Karena itulah, aku tidak memaksa kalian untuk langsung percaya padaku.

“Aku ingin kalian melihat sendiri seperti apa aku. Apa niatku yang sebenarnya. Apa tujuanku melakukan ini semua. Karena itulah, aku ingin kalian mengangkat senjata kalian bersamaku. Bersama, kita kembalikan kebebasan bangsa ini. Bersama, kita menyatukan perbedaan. Bersama, kita mendamaikan dunia. Apapun yang akan terjadi, kalian yang pemberani dan setia terhadap bangsa kalian akan mendapat tempat yang layak di Arven. Kalian yang memiliki hati yang besar tidak akan saling menghukum karena dendam.  Pikirkan jiwa leluhur kalian yang telah gugur membela bangsa kalian. Pikirkan kebebasan yang kalian inginkan. Pikirkan kedamaian dunia ini.”

“Apakah itu benar? Apakah kau bisa menjamin kedamaian untuk kami?” Potong pemimpin pasukan pemanah.

Aku menatapnya diam. Kutarik napasku dalam-dalam. “Tidak.” Jawabanku itu sontak menimbulkan keriuhan di antara prajurit. “Aku menjanjikan kedamaian untuk semuanya. Arven dan manusia. Di luar sana, banyak sekali manusia yang menderita akibat pemimpin bangsa manusia yang takut dengan kebangkitan kalian. Mereka takut jika kalian akan menggunakan kekuatan kalian untuk menyerang mereka, mengambil yang mereka miliki. Di dunia manusia, kami dipaksa untuk membuat sesuatu yang lebih canggih. Sesuatu yang tidak dapat kalian bayangkan. Sesuatu yang bisa membinasakan kalian. Terlalu banyak korban karena keserakahan pemimpin manusia. Bangsa manusia yang kalian cap sebagai pencuri kedamaian itu, mereka disana juga mengalami penderitaan yang sama seperti kalian.

“Tujuanku adalah menghukum mereka yang tidak baik. Mereka yang sombong dan serakah. Mereka yang hanya mempedulikan diri sendiri. Mereka yang acuh pada kehidupan orang lain. Jika ada manusia baik yang tidak keberatan dengan keberadaan kalian maka biarkanlah. Bagaimanapun juga dunia ini adalah milik kita semua, manusia maupun Arven. Kita bisa hidup berdampingan tanpa saling merendahkan, tanpa saling mementingkan derajat, tanpa saling memandang tinggi yang kuat dan memandang rendah yang lemah. Itulah kedamaian dan kebebasan yang aku inginkan.”

Hening menyergapku, menyergap seluruh Hall. Jantungku bergemuruh. Aku sudah mengatakan semua yang menurutku akan membuat mereka setidaknya mau berperang di sisiku. Keheningan ini, aku berharap mereka menerimaku dan mau bergabung bersamaku.

Jenderal besar tadi melangkah maju ke tengah, kehadapanku. “Kami para prajurit hanya menaruh sebagian kepercayaan pada orang yang memimpin kami. Kami hanya menaruh kepercayaan penuh pada bangsa dan keluarga kami. Kami berperang demi mereka dan bukan demi siapapun. Kami tidak takut pada apapun. Bangsa Arven bukanlah bangsa kejam yang akan bertindak seenaknya pada mereka yang lemah. Kami memandang setiap makhluk itu sama. Kami juga bukan bangsa yang bodoh dan tidak berakal. Dunia ini adalah milik seluruh makhluk hidup yang ada didalamnya. Seperti ucapanmu, kami akan hidup dengan damai bersama siapapun di dunia ini dan akan menghukum mereka yang tidak beradab.”

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang