BAGIAN 39

48 12 1
                                    

.
.
.


"Alih-alih mengembalikan kekuatan bangsa Arven, kau ingin membantainya?" Sarkas Chanyeol.

"Aku memang ingin mengembalikan-"

"Dengan memulai perang?" Potong Chanyeol.

"Bukan memulai perang, tapi mengakhiri perang. Kami ingin megakhiri perang yang belum terselesaikan." Sambung Joshua.

"Kalian.. Memang memiliki darah pengkhianat. Kau sadar mengatakan itu saat mengetahui keadaan Arven yang seperti ini?"

"Aku punya rencana." Ujarku mencoba menjelaskan.

"Simpan rencanamu Rose. Aku tidak membutuhkannya."

"Kau bahkan belum mendengarnya."

Chanyeol membuang napas kasar. "Kurasa kita memang tidak memiliki pemikiran yang sama Rose. Yang aku inginkan adalah kemakmuran seluruh Bangsa Arven. Tapi kurasa kedatangan kalian kemari untuk memanfaatkan kami dalam memenuhi rasa haus darah kalian."

"Jaga ucapanmu." Geram Joshua. "Mungkin kau memandangku dan Rose adalah Arven setengah manusia. Tapi, kau harus ingat siapa pemilik tahta ini sebelum kau. Kami masihlah keturunan bangsawan. Jadi tunjukkan rasa hormatmu."

"Chanyeol, dengar." Aku mencoba kembali berbicara. "Kau tahu hanya aku yang mampu mengembalikan keseimbangan dunia Arven terlepas bagaimana asal usulku. Lagipula, aku tahu dengan benar apa yang mungkin dan tidak mungkin dilakukan oleh bangsa Arven. Namun, kali ini kau harus mendengarkanku. Perang ini tak terelakkan, meskipun begitu kemenangan ada di pihak kita. Aku jamin itu."

Suasana langit yang mulai menggelap membawa hawa dingin yang membuat percakapan kami menjadi terasa semakin berat.

"Aku hanya ingin membunuh Kim Soohyun, membalas kematian kedua orang tuaku, dan membuat bangsa Arven kembali diakui." Ungkapku yang membuat Joshua menunduk dengan senyuman miring. "Bukankah bagimu kelangsungan bangsa Arven lebih penting dari hidupmu sendiri? Itu juga sebabnya kau melindungi mereka dengan semua kekuatanmu yang tersisa."

"Kau tidak tahu apa-apa tentangku Rose."

"Begitu juga kau." Balasku yang mulai kehabisan ide untuk meyakinkannya.

"Bahkan aku juga tidak tahu dia siapa, meskipun kami lahir dari rahim yang sama. Tapi, aku bisa yakinkan dirimu bahwa tekadnya bukanlah sekedar omong kosong." Lanjut Joshua dengan penuh keyakinan.

"Kau sendiri kenapa ingin melakukannya?" Alis Joshua menukik.

Lagi-lagi Joshua tersenyum, kali ini senyum miris yang terlihat menyakitkan. "Karena aku sudah berjanji pada adikku untuk menunjukkan dunia Arven impiannya. Selain itu, karena aku harus melamar seseorang."

Aku tertegun mendengar kata melamar.
"Alasan kalian sangat terdengar pribadi. Apa untungnya bagi Bangsa Arven setelah semua ini berakhir?"

"Kemasyhuran." Jawabku tegas. "Sesuatu yang hilang selama puluhan tahun."

Chanyeol menatapku dan Joshua bergantian. Jari-jarinya mengetuk pinggiran kursi secara teratur. Aku menatapnya dengan serius agar dia merasa yakin dengan diriku. "Sejujurnya, aku masih tidak habis pikir kenapa kalian bersikeras melakukan ini. Tapi, seperti yang kau tahu, keberlangsungan hidup Bangsa Arven adalah prioritasku." Ujarnya.

"Jadi, apa kau setuju memulai perang ini?" Tanya Joshua memastikan.

"Ya," dia memajukan tubuhnya, "tapi ada syaratnya." Aku mengernyit. "Kalian harus meminimalisasi jatuhnya korban Arven."

"Itu tidak sulit. Rose, bagaimana denganmu?" Tanya Joshua yang membuatku tersadar dari lamunanku.

"Aku juga punya satu syarat tentang perang ini."

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang