BAGIAN 28

51 11 4
                                    

.
.
.


"Kendalikan pernapasanmu Rose."

Aku memberengut ketika Wendy lagi-lagi mengingatkanku akan hal yang masih kuusahakan.

"Kau yakin ini akan berhasil?"

"Tergantung seberapa besar kau berhasil mengendalikan pernapasanmu."

Aku masih mencoba mengatur pernapasanku ketika kakiku terangkat ke udara secara perlahan. Kutekan penuh kekuatan apiku sekuat tenaga dan menggantinya dengan angin. Menurut Wendy ini akan memberi kami waktu untuk melewati air terjun tanpa terdeteksi.

"Kau berhasil, sekarang kita harus segera melewati air terjun itu sebelum kekuatan apimu kembali muncul."

Aku diam mengerti dan mulai menaruh kakiku ke atas permukaan air. Aku bertumpu pada batu-batu besar dan membiarkan ujung pakaianku basah terkena cipratan air. Kupandangi aliran air terjun itu, kemudian kembali menahan napas dan mulai mengurung diri dalam bola angin.

"Aku akan masuk lebih dulu dan melihat keadaan." Wendy keluar dari tubuhku tanpa menampakkan wujud apapun. Walau begitu aku bisa merasakan kalau dia sudah masuk kedalam air terjun. Tak lama kemudian Wendy memberitahuku bahwa keadaan aman melalui benak kami.

Aku merasakan ujung jariku gemetar karena harus mengeluarkan dan menahan kekuatan yang berbeda di saat bersamaan. Perlahan aku mulai bergerak melintasi air terjun dengan dikelilingi angin berputar. Karena putaran angin yang terlalu cepat, tidak ada setetes air pun yang membasahi diriku dan membiarkanku melewatinya dalam keadaan cukup kering. Aku langsung ambruk ketanah berbatu dengan napas terengah-engah.

"Kuharap ini terakhir kalinya aku melakukan hal itu. Rasanya paru-paru mau meledak karena terlalu banyak udara." Keluhku dalam benak.

"Jangan khawatir Rose, kita tidak akan menggunakan cara yang sama untuk keluar dari sini. Sekarang ikuti aku." Balasnya yang membuatku segera berdiri tegak dan berjalan pelan mengikuti arahannya. "Mereka membuat gerbang masuk ini hanya untuk satu arah, jadi kita harus berhati-hati agar tidak berpapasan dengan penjaga."

"Lalu, bagaimana cara kita melewati penjaga-penjaga itu?"

"Itulah gunanya aku di sini Rose. Untuk memperingatkanmu dan melindungimu. Akan kuberitahu keberadaan mereka sebelum kau berpapasan, dan kau bisa menggunakan kekuatan untuk membuat mereka pingsan selagi kita bergerak maju." Terang Wendy yang membuatku cukup terkejut. Bagaimana bisa roh sepertinya dapat membuat rencana sedetail itu? Apakah dia benar roh atau manusia yang diubah jadi angin?

Pandanganku langsung awas saat mendengar sebuah suara. "Aku mendengar sesuatu." Seruku.

"Itu hanya angin. Kurasa pendengaranmu terlalu sensitif Rose."

Aku hanya diam mendengar sindiran Wendy dan lanjut berjalan dengan tenang. Lorong panjang ini nyatanya begitu sepi tanpa satupun penjagaan. Benarkah ini gerbang masuknya atau aku melewatkan sesuatu?

"Rose, sembunyi." Seru Wendy melalui benak. Aku merapatkan tubuh di sebuah lekukan dinding batu dalam keadaan bersiap menyerang bila sewaktu-waktu mereka melihatku.

"Ini namanya buang-buang waktu saja." Ucap seorang pria yang memimpin jalan dengan malas.

"Sudahlah, meskipun begitu kita tetap harus berhati-hati. Kau lihat sendiri seberapa kacaunya nona muda Jung itu. Pasti serangan itu memang separah yang dikatakan." Sahut pria di belakangnya.

"Maksudku untuk apa kita menjaga air terjun itu, seakan-akan kita tahu saja rupa buronan itu. Bukankah lebih baik menunggu di pintu utama dan menyerangnya bersama-sama?"

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang