BAGIAN 5

173 31 4
                                    

double up

.
.
.


“Biar saya saja yang pergi nona.”

“Tentu saja, dia mana punya uang. Hal begitu saja harus bilang.” Aku menatap Sehun dengan bingung. Orang di depanku ini apa orang yang sama dengan yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku tadi?

“Apa kau selalu seperti itu?”

“Apa?" Ketusnya yang membuatku mengurungkan niat untuk bertanya.

“Tidak jadi, lupakan.”

“Aku ini memang tampan tidak usah memujiku terus menerus, nanti bibirmu lelah.”

Sombong sekali. Siapa yang mau memujinya? Yang ada aku ingin menyumpahinya sekarang juga. Tapi, kedatangan Kapten Ong bersama 3 gelas teh hangat lebih menarik daripada sosok yang tengah membelakangiku dengan jas dokternya yang kuyakini kusut dipakai tidur semalaman.

Kapten Ong memutuskan berhenti sebentar di pasar untuk mengisi perut. Sebab, menurut perhitungannya, kami akan terlambat dari jam yang sudah ditentukan jadi tidak masalah bila telat hanya untuk menghangatkan diri.

“Desa ini masih belum masuk ke Sektor 13?” Tanyaku sambil menyesap teh.

“Sudah. Tapi desa ini masuk ke dalam zona desentralisasi atau zona aman. Tidak ada orang yang boleh menggunakan senjata apa pun di sini. Itu sebabnya anda juga tidak akan menemui satupun prajurit disini.” Aku mengangguk paham ketika mendengar penjelasan Kapten Ong.

“Kalau kau sendiri berada di wilayah mana, Kapten?" Tanyaku yang membuat Sehun menatapku.

“Ingin tahu sekali. Kau menyukai Ong?” Aku menatapnya datar dan kembali menyesap teh.

“Saya selalu berada di dekat Kolonel nona.” Aku menatapnya tidak percaya.

“Sedekat itu kau dengannya?”

Sehun meletakkan gelasnya dengan tidak santai sambil berkata, “Tentu saja, Ong Seongwoo dan si kolonel itu satu paket. Kau akan bosan setiap kali melihatnya.” Cerocos Sehun.

Aku menatapnya dengan datar. “Kalau kau sendiri? Siapa teman sepaketmu?” Ucapku dengan tangan tertumpu. “Biar kutebak, Felix?”

Sehun tersenyum congkak. “Bocah itu yang selalu mengikutiku. Bercerita tentang banyak hal. Menjadikanku lahan curhatannya. Lagipula berteman dengan Felix lebih baik daripada dengan Joshua.” Kapten Ong terlihat terkejut dengan bagaimana mudahnya Sehun menyebut Joshua tanpa embel-embel pangkatnya.

“Jadi, kalian adalah suruhan dari mereka? Wah, memangnya aku ini siapa diperlakukan seperti ini?”

“Aku bukan suruhan Felix. Ong cepat, kita harus segera mengantarnya sebelum telingaku ini panas karena ucapannya.” Sehun mengambil langkah besarnya dan naik ke atas mobil tanpa berceloteh lagi.

Akupun mengikuti dengan Kapten Ong dibelakangku. “Kapten, biarkan aku bertanya satu hal lagi.” Kapten Ong memberikan persetujuannya dengan anggukan. “Berapa umurnya? kenapa sangat kurang ajar sekali?”

Kapten Ong tertawa. “22 tahun nona.”

Aku terkejut mendengarnya. Tapi dia harus bersyukur bahwa umurnya lebih tua dariku, karena kalau tidak, “Apa yang kau tunggu?! Cepat!” akan kuhajar dia.


.
.
.


Kota ini tidak sesepi yang kukira. Banyak orang yang berlalu lalang di jalanan dan membawa beragam jenis senjata yang tidak kuketahui apa nama dan fungsinya. Tidak banyak  wanita yang terlihat, hanya beberapa saja yang terlihat. Selebihnya adalah pria dan anak-anak.

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang