BAGIAN 38

44 14 0
                                    

.
.
.


“Aku adalah ratumu.” Pria ini menatapku cukup lama dengan tatapan tidak percaya. Aku mendekat dengan cepat. Dia sedikit terkejut dan mundur ragu-ragu. Tapi aku sudah meraih tangannya terlebih dahulu. Kusalurkan energi roh didalam diriku padanya, agar dia bisa merasakan sendiri, agar dia mempercayainya sendiri. "Kau bisa melihatnya sendiri." Ucapku dan membawanya untuk menemui keempat roh lain, meninggalkan Joshua.

Dia cukup terkejut ketika mendapati kehadiran Wendy, Vernon, Yuqi dan Johnny. Tapi, rautnya masih terhitung tenang daripada yang kubayangkan. “Hanya ada 4.”

"Roh api sudah menyatu denganku."

Satu alisnya terangkat. "Jadi, maksudmu ada 2 darah istimewa di tubuhmu?"

"Lebih tepatnya 3. Nenek buyutku adalah seorang penyihir."

“Penyihir?” Dia mengangguk tak bertenaga sambil mengembuskan napas singkat. "Hanya satu penyihir wanita yang kutahu. Ternyata wanita itu nenekmu.” Dia memandangku lurus dengan raut wajah serius. “Karena dia, Bangsa Arven hampir punah dan aku harus kehilangan keluargaku." Dahiku berkerut mendengarnya. Entah apa yang sudah terjadi dan apa yang sudah dilakukan nenekku padanya sampai dia terlihat tidak senang begitu. Tapi aku tidak boleh gentar. Terlebih lagi aku adalah ratunya. "Lalu, apa maksudmu dengan menjadi ratu?" Lanjutnya.

"Melihat keadaan Bangsa Arven saat ini dan kemampuan yang dimiliki olehnya, dia memang berhak menerima tahta itu." Sahut Yuqi dari belakang tubuhku.

"Kau bercanda?” Sungutnya. “Kalian para roh sudah terlalu lama terjebak dalam bola itu, dan karena itulah kalian terlalu berangan bahwa orang yang membebaskan kalian pantas menduduki tahta Arven begitu saja."

"Rose adalah salah satu bangsawan Arven juga." Balas Vernon.

"Manusia!” Wajahnya mengeras, sampai aku bisa melihat urat otot lehernya menonjol dibalik kulit. “Setengah manusia." Dia melirikku tajam. "Seorang yang pantas untuk memimpin kami hanya Bangsawan Arven murni bukan seorang manusia dengan mata merah yang memiliki darah pengkhianat."

"Dia tidak salah. Kalian harus mendengarkannya." Ucap Johnny tenang.

Dia mengangkat tangannya yang bebas dan menunjuk kearahku. "Lagipula, kemana saja kalian yang mengaku keturunan bangsawan ketika melihat bangsa kalian hampir musnah?! Apa kau ingin aku berterima kasih pada kakekmu yang sudah mengurung kami disini?" Dia menarik tangannya dan membuat kami kembali pada tempat sebelumnya.

Joshua terkejut dan reflek melangkah mundur ketika melihat Chanyeol merentangkan tangannya. “Rose,” Joshua sudah siap dengan kuda-kudanya ketika menyadari Chanyeol akan melakukan sesuatu kepada kami. Joshua sudah sangat siap dengan serangan apapun yang akan ditujukan pada kami.

Memang perlu untuk bersedia menerima serangan dari Chanyeol. Tapi, itu hanya akan memperburuk keadaan. Aku harus menurunkan egoku. "Aku sangat menyesal." Chanyeol mengernyitkan dahinya. "Aku yang bahkan tak tahu tentang kejadian sebenarnya, berusaha menjadi pahlawan dan mengatur segalanya.” Aku menunduk. “Maafkan aku."

Joshua membulatkan mata. Sedangkan Chanyeol mengamatiku dengan tatapan elangnya.

Kutatap lurus kearah Chanyeol. "Membuka gerbang ini, tidak berarti menyelamatkan Bangsa Arven atau mengembalikan mereka yang sudah tiada. Konsekuensi yang harus kuambil dari tindakan ini adalah terjadinya pertumpahan darah di masa mendatang, dan itu karena aku."

Joshua melangkah mendekat. "Apa yang kau katakan Rose? Bukan ini rencananya." Bisiknya.

Tak kupedulikan ucapan Joshua. Aku melangkah maju satu kali dan sedikit mengangkat kepalaku. "Chanyeol, aku tidak akan mampu mengobati luka semua orang, tapi aku ingin menebus semua kesalahan keluargaku dan mengembalikannya seperti semula." Aku mengambil napas berat. "Kau tahu, dalam perjalanan membuka gerbang ini, aku tidak hanya menemui banyak kesulitan tapi juga hampir kehilangan diriku sendiri. Luka akan kenyataan masa lalu dan apa yang akan kuhadapi di masa depan tidak akan pernah sebanding dengan semua hal  yang sudah terjadi."

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang