BAGIAN 50

36 7 0
                                    

.
.
.


Semua hal di dunia pasti memiliki makna. Tidak ada kelahiran yang sia-sia. Begitu pula dengan kematian yang percuma. Penyesalan akan selalu mengiringi rasa bersalah karena kurangnya kemampuan. Tapi, itu tidak akan menjadi patok kehidupan. Sebab, seberapa pun berat rantai yang mengikat kakimu, pasti ada cara untuk melepaskannya.

Kemalangan yang kurasakan saat ini bukanlah hasil dari ketidakmampuan kakek buyutku. Tetapi, karena rasa haus akan kekuatan yang tidak akan teratasi hanya dengan satu tegukan air. Meskipun, keluargaku harus menanggung akibat dari kegagalan, aku akan menunjukkan bahwa seorang Arven seperti kami tidak akan menelan ucapannya kembali.

Arven? Penyihir? Manusia? Itu bukanlah tingkatan kasta. Tetapi, merupakan suatu keragaman yang menyeimbangkan segalanya. Seperti, anugerah kekuatan yang diberikan setiap orang memiliki tangkai bunga mereka sendiri untuk dirawat. Kini, bungaku yang terus menguncup karena takut akan kecaman dunia. Akan mekar dengan sempurna dan memberikan warna baru pada setiap kehidupan yang ada. Meskipun gugurnya nanti akan meninggalkan bekas luka.

“Aku belum menemukannya.” Suara Jisung terdengar diantara berisiknya suara tembakan.

“Mereka pasti berada di suatu tempat.” Sahutku tenang sembari berjalan perlahan di lingkaran medan perang.

“Aku melihat Kang Daniel. Haruskah kita menyerangnya?” Tanya Eunha.

“Tidak. Jika harus ada darah yang tumpah itu hanya milik Soohyun dan Chanyeol.

Tanah dibawah kami bergetar cukup kuat. “Dia di dekat sini. Semuanya bersiap.” Aku menoleh pada Yuna. “Selamatkan sebanyak mungkin orang yang percaya pada kalian. Sisanya lumpuhkan jika menghalangi. Wonyoung kau tidak keberatan berada di dekatku, kau harus mengawasi kedua anak ini.”

“Tentu Rose.”

“Mulai serangannya.”

Kami mulai mengeluarkan serangan dan mencari keberadaan Soohyun dan Chanyeol. Ini bekerja dengan baik. Setiap roh mengerahkan kekuatan terbaik mereka dan tidak membuat pengendalinya kelelahan. Rencana yang sempurna. Kami bergerak dalam satu kesatuan dan mulai melumpuhkan setiap orang, entah dia Arven, penyihir maupun manusia.

Aku meraih sebuah pedang dari salah satu prajurit dan menghunuskannya dengan apiku. Setiap serangan yang kulakukan semakin melemahkan tubuhku. Kuharap aku tidak tumbang di saat seperti ini. Aku melihat ke sekeliling, ke arah mereka yang selalu di sisiku, percaya padaku dan mengikuti sampai titik ini.

Ibu”.

Suara itu. Aku melihat ke arah langit yang mulai gelap karena gerhana.

Ibu”.

Aku tersenyum tipis, “Tidak apa Taeyong-a”.

Ibu, aku merindukanmu”.

Aku kembali mengingat tangan kecil yang menggenggam jariku. Dan hidung kecil yang kucium. Ini tidak boleh sia-sia. Ibu akan mengakhiri ini Taeyong-a.

“Kau disini rupanya.” Suara Chanyeol masuk ke telingaku. “Meskipun aku sangat penasaran bagaimana kau bisa keluar dari segel itu, tapi aku tidak akan bertanya. Karena aku akan membunuhmu Rose.”

“Jangan banyak bicara, coba lakukan kalau kau bisa.” Balasku dengan mengambil satu pedang lagi yang berserak dan berlari menuju Chanyeol.

Serangan besar tidak terelakan. Chanyeol membangun dinding tanah yang kubelah dengan pedangku. Getaran akan serangan itu membuat beberapa prajurit terhuyung dan jatuh. Melihat Chanyeol yang diserang, para Arven bergerak untuk membantunya. Tentu saja, itu hal yang tidak mudah karena Jisung dan Eunha menyusul dari arah belakang dan ikut memberikan serangan. Mereka teralihkan.

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang