BAGIAN 7

146 24 5
                                    

.
.
.


Aku terbangun, kepalaku sedikit pusing dan mataku sedikit berat saat kubuka, membengkak. Kuingat kemarin aku menangis cukup lama. Sepertinya itu adalah tangis yang paling melelahkan dalam hidupku.

“Selamat pagi.” Sebuah suara menyadarkanku sepenuhnya. Kulihat seseorang... Tunggu, siapa pria ini? Dimana ini?

“Tidak usah bingung, aku yang membawamu kemari kemarin malam.” Dia menyodorkan sebuah gelas padaku. “Ini, minumlah selagi hangat. Kuharap kau tidak alergi susu sapi.” Dengan ragu kusambut ulurannya dan meminumnya pelan. Ternyata seperti ini rasa susu sapi, enak sekali.

Kulepaskan sentuhan mulutku pada bibir gelas. “Maaf, tapi kau siapa?” Tanyaku yang justru mengundang derai tawanya. Astaga, dia tampan sekali. Bagaimana ada manusia seperti dia dunia ini?

Dia mengangkat satu alisnya. “Bagaimana bisa kau baru menanyakan hal itu setelah menangis dalam pelukanku semalaman?” Apa katanya? Menangis dalam pelukannya? Semalaman? “Jangan khawatir dan beristirahatlah. Aku sudah memberitahu Joshua dan Felix kalau kau ada di sini, bersamaku.” Kenapa setiap ucapannya terasa memiliki makna lain?

Dia menyugar rambut hitamnya. “Ah iya, biar kuperkenalkan seseorang yang akan membantumu selama aku tidak ada. Masuklah!” Setelah seruannya, muncullah seorang wanita cantik dengan rambut hitam lurus tersenyum lembut padaku. “Dia Kwon Eun Bi, asisten sekaligus kepala asisten pribadiku." Pria itu menoleh kearah Kwon Eunbi. "Eunbi, dia Roseanne Park. Kumohon perlakukan dia dengan baik selama aku pergi.”

Aku mengerjap-ngerjap. Apa aku sedang di dalam mimpi? Bagaimana mungkin pria di depanku ini memperlakukanku seperti seorang putri?

“Aku pergi dulu. Sampai jumpa.” Aku masih diam dalam posisi setengah terduduk di atas ranjang ketika dia beranjak pergi, membuatku sedikit mendongak untuk menatapnya. Bahkan sebelum benar-benar pergi dia sempat mengusap lembut kepalaku.

“Saya rasa tuan muda Kim menyukai anda nona Park.” Aku baru ingat kalau ada orang lain di sini. Kusibak selimut tebal yang menutupi setengah badanku, menampilkan kaki telanjangku yang panjang. Aku turun dari atas ranjang yang cukup tinggi ini, dan kaki telanjangku tidak disambut lantai yang dingin melainkan karpet bulu tebal, itu cukup membuatku terkejut.

Kutatap perempuan bernama Kwon Eunbi itu. “Maaf atas kelancanganku. Tapi, bolehkah aku bertanya sesuatu?” Dia mengangguk. “Siapa yang menggantikan pakaianku? Dan bagaimana aku bisa berada di kamar ini? Aku tidak ingat apapun tentang kejadian semalam.”  Mendengar penuturanku, wanita di depanku tersenyum dan  mempersilahkanku untuk duduk di sebuah kursi yang berada di dekat jendela.

Kurasa aku benar-benar berada di dalam mimpi. Bagaimana sebuah kamar mempunyai jendela kaca sebesar ini? Dan apa ini? Di depanku sudah tersaji beberapa jenis roti yang mengeluarkan aroma harum menggoda.

“Tuan muda meminta saya untuk memastikan anda sarapan terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan anda.” Ucapnya Lembut dengan tangan yang langsung cekatan membuka beberapa toples selai dan menaruh sebuah pisau kecil di dekatku. “Silakan. Tuan muda juga bilang anda tidak terbiasa memakan nasi, jadi saya mempersiapkan beberapa jenis roti. Pilih saja yang ingin anda makan.”

Tuan muda yang ia sebut... siapa dia sebenarnya? Bagaimana dia tahu banyak tentangku? bahkan juga mengenal dua saudaraku serta bersikap manis padaku.

Tanpa menunggu, aku langsung meraih selembar roti margarin dan mengoleskan selai stroberi di atasnya. Suapan pertamaku, kutahan erangan nikmat dari rasanya. Belum pernah aku memakan roti seenak ini. Perutku meraung ditempatnya, meminta lebih, mengingat aku belum makan apapun sejak datang ke kota ini.

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang