.
.
.
“Apa yang kau lakukan?! Kita harus menolongnya! Dia sekarat, Rose!”“Tidak, biar aku saja yang ambil alih. Rose, obati yang lainnya.” Suara Minhyun ikut menyerang gendang telingaku, membuatku langsung memapah Jennie dan mengarahkan pria lain yang bersamanya menuju UGD untuk diperiksa.
Kutarik sebuah troli penuh alat mendekat dan mulai membuka cairan disinfektan. Tapi tangan Jennie menghentikanku. Kutatap wajahnya dengan raut bertanya. Kepalanya menoleh ke kasur di belakangku, “Dia lebih parah, tolong dia lebih dulu.” Aku ikut menghadap pria itu dan melihat aliran darah keluar dari sisi lengannya. “Aku bisa membersihkan lukaku sendiri." Aku diam sesaat dan mengangguk kemudian.
Kutarik mundur kursiku dan memanggil salah satu perawat laki-laki untuk membantuku memosisikannya dengan benar di atas brankar. Kuperiksa bagian tubuhnya. Tidak ada luka lain selain yang di lengan dan kepalanya. Dia meringis pelan ketika sebuah suntikan masuk menusuk kulit gelapnya.
“Aku harus segera pergi.” Rintihnya berusaha pergi. Namun tidak kugubris. Kugunting lengan bajunya yang menghalangi dan langsung tampak sebuah luka sobek yang cukup parah. Setelah mensterilkannya, kujahit perlahan luka itu. Setelahnya, aku memeriksa kepalanya.
“Pakaikan infus setelah mengganti pakaiannya. Beritahu aku kalau ada luka lain.” Perawat itu mengangguk dan menutup tirai di depanku.
Aku berbalik menghampiri Jennie. Gadis itu baru saja selesai memerban telapak tangannya sendiri. Dia meraih sebuah plester lain untuk menutupi luka di dahinya yang langsung kurebut. “Apa sulitnya menungguku?” Dia terkejut.
Kudengar helaan napas saat memplester lukanya. “Kurasa 5 bulan waktu yang terlalu lama untuk menunggu, Rose.”
Entah sebuah sindiran atau basa-basi yang dilontarkan Jennie, aku hanya terdiam menyadari kelalaianku karena telah mengabaikannya. “Istirahatlah.” Ucapku.
Dia menatapku dengan mata berkaca. “Mereka menghancurkan semuanya. Kau bahkan belum sempat pulang.” Kutahan air mataku mendengarnya.
Minhee muncul dengan jas formal berwarna hitam dan rambut yang tertata. Dua pengawal dibelakangnya tampak siap siaga. Benar-benar terlihat seperti putra perdana menteri.
“Bagaimana keadaannya?” Tanya Minhee mengarah pada si pria yang kutangani tadi.
"Kenapa kau khawatir padanya?"
"Dia orangku."
Aku menghela napas. “Dia harus dirawat. Luka di lengan dan kepalanya harus diperiksa lebih lanjut."
Dia mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kalian tetap disini, aku akan segera kembali.” Dua orang di belakangnya mengangguk patuh dan membiarkan Minhee berjalan menjauh.
“Mau kemana kau?” Tanyaku penasaran.
Dia menoleh. “Melihat keadaan Ong, kau ikut?”
Aku berbalik menghadap Jennie dan gadis itu mengangguk memberi ijin. “Ya, aku ikut.”
.
.
.
Pintu ruang operasi yang masih tertutup, memaksaku dan Minhee untuk berdiam diri di luar menunggu seseorang dari dalam memberi kabar. Tidak lama kemudian Felix datang dari ujung lorong masih dengan pakaian rawatnya. Berjalan terseok dan menghampiriku dengan raut bertanya-tanya.“Apa benar yang kudengar kalau Kapten Ong terluka parah?” Aku mengangguk. Dia langsung terhuyung kebelakang pelan. Tangan kanannya menapak pada tembok untuk menyangga tubuhnya. “Lalu, dimana Kak Jo? Dia baik-baik saja?”
KAMU SEDANG MEMBACA
ENTER; NEW WORLD
AdventureSebuah dunia baru muncul memberikan harapan, membuatnya semakin tenggelam dalam lautan keinginan. Hal itu membawanya pada sebuah kesalahan yang berujung kematian. . Namaku Roseanne Park Tidak ada yang bisa mengatur hidupku, Selain aku. ----- Story...