BAGIAN 27

52 10 1
                                    

.
.
.


Kupegang ujung pedang di leherku dengan erat. Eunha melotot melihat tetesan darahku. Dengan sekali hentak kulemparkan pedang itu menjauhiku. Kepala Eunha mengikuti arah pedang itu dengan kaku.

Kuangkat kedua tanganku dan sebuah lingkaran api berwarna biru mengelilingi kami hingga puncak kastil hingga merobohkan beberapa kayu penyangga. Aku masih menatap Eunha datar dengan tangan yang masih meneteskan darah hingga Eunha mencoba menyerangku dengan mantra-mantranya. Serangan yang dihasilkannya ternyata masih menggunakan angin.

Bagaimana dia masih bisa menggunakannya?” Tanyaku melalui benak pada roh angin.

Itu karena dia menggunakan mantra untuk memanfaatkan kekuatan dariku, walaupun kini saya sudah menyatu dengan anda kekuatan angin yang telah terbuka dapat ditarik olehnya. Meskipun begitu anda masih memiliki kendali penuh.

Aku diam mengerti dan kembali menatap Eunha. Pasalnya gadis itu sekarang seperti setengah hidup dengan mata hitam yang terus memancarkan kilatan amarah. Dia masih mencoba menyerangku dan berakhir terserang balik hanya dalam sekali kibasan tanganku.

“Apa-apaan ini! Kenapa aku tidak bisa membunuhmu!” Teriaknya kesal.

“Karena kau hanya bagian kecil dari diriku?” Jawabku setengah bertanya yang malah semakin membuatnya murka.

“Aku tidak akan membiarkanmu keluar hidup-hidup dari sini Rose!”

BRAAAK

Aku menoleh terkejut mendengar pintu yang dihancurkan. Segerombol prajurit masuk dengan wajah khawatir.

“Nona Jung! Anda tidak apa-apa?” Para prajurit itu menodongkan senjata mereka padaku. Para penyihir juga sudah mulai bersiap menggunakan sihir mereka untuk menyerangku.

“Pergilah amankan warga! Biar kuurus ini sendiri!”

“Kau yakin bisa melawanku sendiri?”

“Sialan kau Rose! Akan kubunuh kau!”

“Bukankah untuk itu kau harus hidup dulu? Bagaimana kalau kau mati lebih dulu karena terpanggang?” Ucapku sembari membuat Eunha terkepung dalam sebuah bola api yang menyesakkan.

“Sialan! Lepaskan Nona Jung!” Seorang penyihir muda berlari dengan cepat ke arahku lalu terpelanting jauh karena serangan anginku.

Tanpa kuduga serangan-serangan lain muncul dan mulai menghujaniku. Aku yang memusatkan kekuatan pada Eunha harus menyerang mereka dengan satu tangan yang mulai terasa kebas. Para penyihir bawahan Eunha itu ternyata tidak main-main menyerangku. Salah satunya berhasil membuatku mundur beberapa langkah dan melepas kungkungan apiku pada Eunha.

“Bunuh dia! Gunakan semua kekuatan kalian!” Perintah Eunha yang membuatku semakin memperbesar kekuatan dengan menyatukan kekuatan angin dan api.

Eunha dan penyihir lainnya membentuk formasi barikade yang terus bergantian mengeluarkan serangan. Aku terus memasang tameng angin untuk menghalau berbagai senjata yang menuju arahku dengan serangan balik api yang membesar hampir membakar kastil ini tanpa ampun.

Namun, tiba-tiba jantungku berdetak kencang sekali membuatku menghentikan serangan dan menunduk lemah.

Yang mulia, tubuh anda sudah mencapai batas.

Apa maksudmu?

Belum ada satu jam ketika anda menerima kekuatan angin secara penuh. Tubuh anda belum sepenuhnya menerima. Anda harus istirahat atau nyawa anda akan terancam oleh kekuatan anda sendiri.

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang