BAGIAN 11

69 14 3
                                    

.
.
.

“Kacau sekali disini, apa aku ketinggalan sesuatu?” Suara lembut dokter Hwang yang jarang terdengar itu berhasil menarik seluruh atensi. Matanya beralih menatapku yang masih terduduk di lantai. “Dokter Park, bukankah anda ada jadwal operasi siang ini?” Aku mengernyit. “Ada pasien gagal ginjal yang kemarin anda periksa dan perlu operasi secepatnya bukan?”

“I-itu,“

“Biarkan saya yang membawa Felix menuju ruang terapi. Silakan anda bersiap.” Aku masih terduduk, bingung dengan ucapan orang ini.

Felix meraih tanganku dan membantuku berdiri. “Kakak harus pergi, aku akan baik-baik saja bersamanya.” Kutatap kedua mata Felix bingung, sampai kumenyadari kemana arah sandiwara ini.

“Rose tidak akan kemana-mana dokter Hwang. Seperti yang anda lihat, kami masih punya urusan disini.” Ucap Kim Taehyung tanpa menoleh.

“Maafkan kelancangan saya tuan muda, tapi ini sudah menjadi tugas dari nona Park sebagai seorang dokter. Kalau saya boleh mengingatkan, anda sendiri yang mengusulkan ide ini bukan?”

Taehyung menutup matanya sebentar sembari menarik napas. Ketika kedua matanya terbuka bukan amarah yang terpancar, melainkan seutas senyum yang diberikannya padaku. Dia berjalan mendekatiku, melewati Felix yang masih berdiri menutupi Minhee. Tangan kanannya menyentuh pipiku perlahan, mengusapnya pelan dan berhenti cukup lama dengan tatapan yang sulit diartikan.

“Sempatkan untuk mengompresnya, temui aku setelah operasimu selesai.”

“Kau tidak akan membawa mereka kan?” Tanyaku sedikit gugup mengingat bagaimana lantangnya suara Taehyung ketika memerintah anak buahnya untuk membawa Minhee.

Dia menggeleng pelan. “Tidak, kau tenang saja. Lekas selesaikan operasimu agar cepat bertemu denganku lagi. Ada beberapa hal yang harus kubicarakan.” Aku mengangguk membuatnya kembali tersenyum. Tangannya sudah lepas dari pipiku dan tubuhnya mengambil jarak agar aku bisa bergerak.

Kudekati Felix dan kuusap kepalanya. “Tunggu kakak. Ajak Minhee bersamamu.” Kutatap Minhee yang berdiri di belakang tubuh Felix dengan tajam, memberi peringatan untuknya agar tidak bertindak sembrono dan membahayakan adikku.

Aku berbalik dan menatap dokter Hwang. “Kumohon bantuannya dokter Hwang.” Hatiku sedikit tenang meninggalkan dua bocah tadi bersama dokter Hwang Minhyun, setidaknya dia lebih waras daripada Oh Sehun. Kuikat kembali rambutku yang tergerai dan setengah berlari menuju ruang operasi.

.
.
.


“Kenapa menatapku begitu?” Tanyaku sarkas sembari membersihkan tangan dengan sabun khusus.

“Dimana Minhyun? ini kan operasinya?”

“Kenapa memangnya? Merasa terhina menjadi asistenku hari ini dokter Oh?” Air yang mengucur berhenti ketika kuinjak saklar air di kaki.

“Terhina? kau sedang berhalusinasi? Minhyun bukanlah orang yang akan menyerahkan pasiennya pada sembarang orang. Apalagi itu kau, Roseanne.” Aku tersinggung jelas saja, memangnya aku seburuk itu? “Jangan bilang kau membuat masalah lagi dan dia sedang membantumu.”

“Anggap saja begitu. Kalau sudah selesai mengomel cepat bantu aku atau kau mau aku mengoperasi sendiri?” Kutinggalkan Sehun di belakang dengan mulut yang masih mengomel tidak jelas.

Beberapa perawat yang ada di ruangan terkejut melihat sosok Minhyun tergantikan olehku. “Dokter Hwang sedang ada sedikit urusan hari ini aku yang akan menggantikannya, tolong bantuannya.” Terangku. Lalu dua perawat memakaikan sarung tangan, masker, penutup kepala dan jubah operasi padaku.

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang