.
.
.
Selesai merapikan diri, aku menyempatkan diri untuk melihat penampilanku di cermin. Hari ini Eunbi membawakan setelan mantel berwarna abu-abu dengan hiasan pita melingkar di pinggang. Tidak hanya itu Eunbi juga memberiku sebuah topi hitam lebar yang serasi. Taehyung yang duduk di kursi memandangku lekat dari pantulan cermin tanpa bersuara."Berhenti memandangiku, Kim." Ucapku yang membuatnya menaruh gelas kopinya di meja.
"Caranya?" Tanyanya yang membuatku tersenyum.
Aku mendekatinya. "Kau.. sungguh tidak mau ikut turun?" Tuturku ragu.
Dia menggeleng. "Untuk apa? Itu akan membuatku semakin sedih. Aku tidak ingin mempersulitmu atau diriku sendiri." Tuturnya dengan nada sedih.
Kutarik sebelah tangannya, memaksanya untuk berdiri menghadapku. "Ketika keadaan semakin sulit dan kau sudah menyerah untuk bertahan, jangan ragu untuk berlari padaku Taehyung-a. Seperti kau akan menerimaku dalam keadaan apapun, begitu pula aku juga akan menerimamu." Kuusap air mata yang menetes di pipinya.
"Tentu Rose."
Aku memeluknya untuk terakhir kali sebelum pergi. "Ingat janji kita, sehat selalu Kim Taehyung ku."
Ketukan halus di pintu membuatku menoleh, "Dokter Park, kita harus pergi sekarang." Ucap seseorang dibalik pintu itu.
"Baik." Jawabku lantang. Aku menghadap Taehyung lagi. "Aku pergi Kim. Sampai jumpa."
Taehyung membelakangiku dan menunduk lemah. Aku tahu dia sangat terluka sekarang, begitu pula denganku. Kami bertemu dan berpisah seperti siang dan malam yang terus berganti. Namun, kali ini berapa lama kami harus terpisah semua tergantung pada kehendak alam semesta. Apakah pada akhirnya kami memang diciptakan untuk bersama atau terpisah selamanya aku tidak ingin menerkanya. Sungguh.. aku tidak mau tahu.
.
.
.Kulangkahkan kakiku tegap tanpa ada sedikit pun keraguan menghampiri. Perkataan Taehyung kemarin malam melepaskan beban yang terus menghimpit hatiku. Keputusan akhir yang sudah kupilih untuk kujalani dengan segala risiko mengikuti, mengakhiri kebimbangan yang meresahkan.
Di sana sudah terlihat sang presiden berdiri angkuh menatapku, dan mungkin sedikit terkejut putra kesayangannya membiarkanku datang sendiri. Di sisi-sisinya para pemilik nama depan Kang berjejer ikut menatapku nyalang. Tidak terkecuali Kang Daniel dengan tangan diperban yang tertekuk menggantung pada penyangga tangannya.
Menyusuri jalanan taman yang cukup panjang dengan semua tekanan yang sudah menunggu, membuatku semakin bersemangat. Kata-kata Kim Soo Hyun kembali terngiang seiring dengan semakin tipisnya jarak diantara kami.
"Lihatlah dirimu.. kau bahkan tidak tahu mau jadi apa. Arven atau manusia? Kau tidak berada di keduanya Rose. Kau hanya sebuah tubuh kosong dengan sedikit kelebihan. Hanya itu."
"Berhenti berbuat hal yang tidak ada gunanya. Kau bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya kau cari."
"Karena aku melihat begitu banyak keraguan dan rasa takut di balik mata bersinarmu itu."
Langkah terakhirku kuentakkan dengan sedikit keras memicu pandangan tidak suka dari perdana menteri. Kuletakkan kotak kayu yang sejak tadi kubawa di hadapan Kim Soo Hyun dengan anggun. Dia mengerutkan kening bingung melihat aksiku.
"Kau datang sendiri?" Tanyanya memulai.
"Seperti yang anda lihat." Jawabku cepat.
"Dimana Taehyung?" Tanyanya lagi dengan nada yang mulai berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENTER; NEW WORLD
AdventureSebuah dunia baru muncul memberikan harapan, membuatnya semakin tenggelam dalam lautan keinginan. Hal itu membawanya pada sebuah kesalahan yang berujung kematian. . Namaku Roseanne Park Tidak ada yang bisa mengatur hidupku, Selain aku. ----- Story...