BAGIAN 40

43 11 0
                                    

.
.
.


Pasukan musuh sudah bersiap di beberapa titik utama dan yang menjadi pemimpin mereka bukan Kim Soohyun, melainkan Kim Taehyung.

Ucapan Wendy terus terngiang-ngiang di kepalaku. Kim Taehyung, dia yang menjadi pemimpin pasukan musuh. Dia yang akan menjadi lawan utamaku di medan perang nanti. Tidak kusangka aku akan menjadi lawan utama pria itu nanti. Apakah aku sanggup? Apakah aku bisa? Bagaimanapun, aku pernah dekat dengannya. Ukh, ini benar-benar membuatku sakit kepala.

Tapi, kenapa Kim Taehyung yang menjadi pemimpin? Kenapa dengan Kim Soohyun? Apa dia ingin mengalahkanku dengan mendorong maju Kim Taehyung menjadi pemimpin? Apakah dia ingin melukai perasaanku supaya dia bisa memenangkan perang ini? Tidak. Kurasa bukan karena itu. Dia pasti tahu betapa keras kepalanya aku. Bahkan jika Kim Taehyung memohon-mohon pun aku tidak akan luluh. Dia tahu itu. Lalu kenapa? Kenapa tidak dia saja yang menjadi pemimpin dan membalas dendam padaku? Apakah dia punya rencana lain? Mungkinkah dia punya rencana tersembunyi sepertiku? Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Bagaimanapun, Kim Soohyun lebih ahli dalam hal berperang dan menyusun strategi ketimbang diriku. Aku harus tahu apa yang sebenarnya dia rencanakan.

“Nona, anda sudah siap.” Ucap pelayan yang sedari tadi menyiapkan penampilanku untuk ritual. Aku tersadar dan melihat kearah cermin dengan jelas. Gaun biru gelap sederhana dihiasi dengan motif-motif cantik berwarna emas. Diantara motif-motif itu, tersemat lambang-lambang dari semua kekuatan alam yang ada padaku. Pernak-pernik kecil berwarna putih mengkilap menambah keindahan gaun. Diantara motif indah dan lambang kekuatanku serta pernak-pernik kecil mengkilap, terdapat sebuah motif yang tidak kuketahui. Sebuah bunga mirip bunga mawar dan terdapat ular berkaki empat melingkari tangkainya sampai kepalanya berada diatas mahkota bunga dan mulutnya terbuka mengeluarkan seperti serbuk ke mahkota bunga.

Kusentuh lambang yang berada di dada kiriku itu. “Apa ini?” Tanyaku pada pelayan.

“Itu lambang kuno bangsa kami. Bunga itu adalah bunga middlemist. Bangsa Arven kuno percaya kalau bunga itu adalah tanaman kesukaan dewa. Sesuatu yang melingkari bunga itu bukan naga apalagi ular. Konon katanya, itu adalah jelmaan dari dewa yang menciptakan bangsa Arven. Dewa itu memberikan sebuah kekuatan suci untuk bunga itu sebagai tanda bahwa dia sangat menyukai bunganya.”

Aku mendenguskan tawa kecil. “Dewa memberi kekuatan suci pada setangkai bunga? Konyol sekali.”

Pelayan itu bermuka datar sambil menata tiaraku. “Itulah kisah kuno yang kami percaya. Percaya atau tidak memang tergantung pada masing-masing. Namun, menghargai sebuah kepercayaan sekalipun itu dianggap lelucon menunjukkan bahwa orang itu memiliki keluasan pikiran yang patut diperhitungkan jika orang itu berniat untuk memimpin sebuah bangsa yang memiliki budaya yang dianggapnya konyol.”

Aku tertegun mendengar ucapan lembut tapi sangat menusuk itu. Yang kukatakan tadi memang sangat kekanak-kanakan. Memang benar ucapan Chanyeol, aku belum dewasa.

.
.
.


Aku terpaku melihat pemandangan didepanku. Rangkaian bunga kecil berwarna perak bergelantungan di dahan-dahan pepohonan. Bunga-bunga yang lebih berwarna-warni ditata sedemikian rupa menghiasi pelataran dan ada juga yang disebar di jalan setapak sekitar pelataran. Aku berjalan mengikuti Chanyeol ke tengah pelataran. Tak jauh dari sana terdapat sebuah air terjun kecil yang airnya memantulkan cahaya matahari sehingga menyilaukan mata.

"Air dari air terjun itu akan mengalirkan kekuatanmu keseluruh bangsa Arven yang telah menunggu disepanjang sungai. Dengan bantuan air ini, kekuatanmu akan terserap sempurna ketika bangsa Arven meminum airnya." Terangnya.

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang