BAGIAN 3

216 31 1
                                    

.
.
.


Gila.

Kata itu muncul begitu saja ketika wajah yang kupuji ketampanannya itu menatapku dengan tajam dengan nada memerintah.

Dia meraih secarik kertas dari kantong jas sebelah kanannya. Kertas itu baru, dapat kulihat dari warna dan lipatannya yang masih kaku.

“Surat pemindahan resmi yang ditanda tangani langsung oleh kolonel Sektor 13 distrik utara, Joshua Park.” Ucapnya sambil mengacungkan lipatan kertas itu di depan wajahku.

Kuraih kertas itu dan membukanya perlahan. Tidak banyak kalimat yang tertulis disana, tetapi cap serta tanda tangan di ujung kanan surat membuat kertas itu memiliki nilai lebih. Kolonel Joshua Park, nama itu tercetak dengan jelas di atas kertas berwarna putih.

Setelah selesai membaca, aku kembali melipat kertasnya dan mendongak menatap wajah orang didepanku. Pikiranku mulai kacau, haruskah aku pergi?

Tidak!
Bagaimana bila orang ini berbohong? Aku tidak bisa mengorbankan nyawaku sia-sia.

“Permisi tuan dokter yang aku tidak tahu namamu, bila kau sudah selesai membual silahkan tinggalkan tempat ini segera. Terima kasih.” Aku membalikkan badan berniat pergi.

“Foto ini diambil 5 bulan lalu, bocah tengil itu suka sekali bepergian kesana kemari kalau kau mau tahu.” Foto polaroid itu berwarna hitam putih. Di atasnya tercetak gambar seorang anak laki-laki memakai topi sedang tersenyum lebar sambil menenteng tas ransel.

“Masih tidak percaya padaku?”

Aku tertawa mendengar pertanyaannya. “Katakan padaku dari mana kau mendapatkan semua barang ini?” Tunjukku pada surat, foto bahkan jas dokter yang tengah dipakainya.

“Apa barang seperti ini bisa kau dapatkan dengan mudah?” Mendengar ucapanku pria itu menatapku tidak percaya.

“Kau.. Waah bagaimana bisa? Sulit sekali dipercaya kau berpikir sejauh itu.”

Dia mengusap wajahnya dan menaruh kedua tangannya di pinggang berlagak seperti seorang guru yang ingin mengomeli muridnya. Tapi seandainya dia tahu amarahnya itu tidak sebanding dengan perangai perawat Park, apalagi dengan wajah setampan itu.

“Kau harus dengarkan aku, aku ini benar-benar seorang dokter dan surat itu asli. Dan namaku Oh Sehun, OH SEHUN!”

“Aku tidak peduli.”

“Rose.”

Suara perawat Park menghentikan perdebatanku dengan pria bernama Oh Sehun ini. Perawat Park berjalan mendekat dengan perlahan, membuat sosoknya terlihat anggun dengan perawakannya yang tinggi dan fitur wajah yang keras.

Perawat Park yang mendekat lalu berhenti didepan pria ini. “Maafkan kelancangan murid saya, Dokter Oh.” Aku terkejut ketika perawat Park membungkukkan badan di depan pria ini.

“Perawat Park, apa yang anda lakukan?”

Pria itu mengibaskan tangannya. “Tidak masalah Park Sooyoung-ssi, saya sudah terbiasa menghadapi yang versi laki-laki." Pria bernama Oh Sehun itu melirik kearahku. "Meskipun tidak saya duga ternyata yang perempuan lebih menyebalkan.” Ucap Oh Sehun dengan nada mengejek. Tentu saja dia baru menyindirku. “Kalau begitu perawat Park aku minta bantuannya. Akan saya tunggu diluar.” Pria itu berlalu begitu saja setelah perawat Park kembali membungkuk hormat padanya. Aku yang melihatnya merasa begitu geram.

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang