BAGIAN 4

168 30 2
                                    

.
.
.


"Apa itu?" Seruku yang membuat Kapten Ong langsung waspada dan berjalan ke arahnya.

“Keluar.” Perintahnya dengan suara yang begitu dingin. Bayangan dibalik pohon mulai bergerak, semakin jelas menampakkan perawakan tubuhnya.

“Siapa kau?" Tanya Kapten Ong tegas yang membuat si pelaku menunjukkan wujudnya sambil mengangkat kedua tangannya.

Aku terkejut melihat penampilannya yang begitu lusuh. Aku pun memutuskan untuk ikut turun dari mobil.

“Dia anak-anak.”

"Nona, tetaplah didalam mobil." Ucap Kapten Ong memerintahku, lalu dia beralih kepada anak kecil itu. "Kenapa kau mengikuti kami?" Tanya Kapten Ong pada anak kecil itu.

Anak itu tak menjawab pertanyaan Kapten Ong dan malah terus menatapku. “Apa anda seorang perawat?” Aku sedikit terkejut dengan pertanyaannya. Bagaimana dia bisa tahu? “Bisakah anda menolongku? adikku sedang sakit.”

“Bohong.” Gertak Kapten Ong yang masih mengacungkan pistol miliknya.

“Kumohon.” Ucapnya dengan raut sedih.

Meskipun kuakui rasa takut membayangi, aku tidak bisa mengabaikan orang yang membutuhkan bantuanku, karena aku seorang perawat. “Biarkan aku menolongnya Kapten.” Pria di depanku ini menunjukkan reaksi tidak setujunya, tapi aku sudah bergerak dan mendekati bocah itu.

“Siapa namamu?” Dia menggeleng ketika kutanya namanya, apa mungkin dia tidak memiliki nama? “Dimana adikmu?” Dia menunjuk ke arah gadis berkuncir dua yang berdiri cukup jauh dari posisi kami, tengah mengintip sang kakak. “Bawa dia mendekat akan kuperiksa.” Dia mengangguk dan berlari menghampiri sang adik di kejauhan, menggandeng tangannya mendekat ke arahku.

Kulihat Kapten Ong sudah tidak mengacungkan pistolnya lagi. Namun matanya masih terus waspada dengan memandangi anak itu dan pistol ditangannya yang terus ia pegang dengan kuat. Yah, aku bisa memahaminya. Memang dikeadaan seperti ini kita tidak boleh terlalu percaya pada siapapun, termasuk anak kecil atau bayi sekalipun.

Kuraih tubuh gadis kecil itu dan mendudukkannya di bagian belakang mobil. Aku pun mulai melihat kondisi anak perempuan ini. “Dari mana kau tahu aku seorang perawat?” Tanyaku pada sang kakak sambil melihat keadaan sang adik.

“Pakaian. Aku pernah melihat orang seperti anda mengobati prajurit yang terluka dan mereka memanggilnya perawat.”

“Lalu kau mengikutiku ketika tahu aku perawat?” Tanyaku lagi sambil menatapnya.

“Adikku mengeluh sakit sejak beberapa hari lalu. Aku ingin berteriak memanggil anda tapi aku melihat ada prajurit bersama anda.” Ucapnya sambil melirik dengan takut Kapten Ong yang berdiri di belakangnya.

“Kau sangat berani.” Ucapku lalu kembali memeriksa adiknya.

“Jadi, adikku sakit apa?"

“Dia terkena cacar, itu sebabnya tubuhnya timbul bercak-bercak merah seperti ini.”

“Apa itu parah?”

“Tidak juga, tapi rasanya sungguh gatal bila dibiarkan.”

“Anda bisa menyembuhkannya kan?”

“Cacar tidak bisa sembuh begitu saja, apalagi dalam keadaan seperti ini. Adikmu harus dirawat.” Mendengar ucapanku wajahnya langsung terlihat sedih.

“Kau tahu Barak 7?” Tanyaku yang membuatnya menatapku. “Disana orang yang sakit akan dirawat hingga sembuh, tanpa biaya.” Matanya berbinar mendengar penjelasanku.

ENTER; NEW WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang