.
.
.
Sebuah lecutan api kuarahkan menyusuri tanah, memaksa Jisung menghindarinya. Tanpa menunggu, kuhembuskan angin yang membuat tubuh penyihir itu limbung dan terseret mundur beberapa meter.Jisung berusaha berdiri tegak. "Ini yang kau bilang perang air?!" Sungutnya dengan menatapku tajam.
"Maaf aku lupa, mari kita ulangi." Ucapku sedikit meledek.
Aku mengarahkan bola anginku pada sebuah anak sungai kecil. Kuperangkap air di dalamnya dan mulai melemparnya pada Jisung. Dengan sigap dia menghindarinya dan berniat balik menyerangku dengan gelombang air. Namun, aku tidak selambat itu.
Aku berlari dengan membentuk perisai angin yang cukup kuat menahan serangan air. Dia tidak habis cara untuk mencoba menjatuhkanku. Dengan sekali ayun, punggungku terkena serangan airnya dan hampir saja jatuh tersungkur jika kedua kakiku tidak menapak tanah dengan kuat.
"Kehilangan fokusmu? Jangan lupa kau ada di wilayahku. Setiap inci tempat ini adalah senjataku."
Aku yang jatuh terduduk segera kembali berdiri dan berlari ke arahnya. Dia tidak lagi mengeluarkan serangan sihirnya dan menangkis pukulanku dengan kuat. Kami saling menyerang dan menjatuhkan. Sesekali kekuatan akan keluar dan memberi kami jarak. Entah itu api, angin atau air.
Dia menyeka sudut bibirnya yang terluka dengan masam, "Bukankah dokter dilatih untuk menyelamatkan nyawa, huh?"
"Kurasa penyihir tidak perlu tangan dokter untuk diselamatkan. Terlebih lagi penyihir sepertimu." Ucapku sedikit terengah-engah. Pertarungan ini lebih sengit dari dugaanku.
"Menyerah saja Rose, kau tidak kasihan pada dirimu sendiri? Kau bisa mati."
"Tak ada kata menyerah dalam kamusku."
Kami kembali berhadapan dengan keadaan yang sama buruknya. Kaki telanjangku sudah tertutupi entah lumpur entah darah. Tapi, rasanya cukup perih.
"Rose cepat, kau harus melakukannya sebelum tenagamu semakin habis." Peringat Wendy.
"Kau pikir apa yang sejak tadi kulakukan? Dia tidak membiarkanku lewat."
Bagaimana aku bisa mencoba untuk masuk ke dalam sumur itu, jika aku bahkan tidak bisa mendekatinya? Penyihir ini berada di tingkat lain dari Eunha. Bahkan sekarang dia sudah siap menyerangku lagi.
"Menyerah atau mati Rose. Pilihlah." Ucapnya dengan menahan sebuah bola air raksasa di atas kepalanya.
"Rose! Dia akan melukaimu." Teriak Wendy melalui benak yang sampai mendengung dikepalaku.
"Aku tidak punya waktu untuk menunggumu menjawabnya, cepat katakan."
"Rose!"
"Cepat!"
Aku menutup mata kesal, "Kalian berdua berhenti meneriakiku." Wendy terdiam, sebaliknya Jisung mengernyit bingung.
"Kau gila?"
Aku meliriknya tajam. "Ya aku cukup gila untuk melakukan hal ini." Ucapku dengan kaki mulai bergerak cepat menuju arahnya.
Jisung melempar bola air raksasanya ke arahku dengan kuat. Semakin dekat dengan bola itu aku semakin melihat adanya perubahan dalam susunan airnya.
"Rose itu es."
"Aku tidak akan berhenti. Tidak sekarang." Balasku yang semakin kencang berlari dan menguarkan api di seluruh tubuh. Aku menerjang bola air yang sudah menjadi bongkahan es dengan berani.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENTER; NEW WORLD
AdventureSebuah dunia baru muncul memberikan harapan, membuatnya semakin tenggelam dalam lautan keinginan. Hal itu membawanya pada sebuah kesalahan yang berujung kematian. . Namaku Roseanne Park Tidak ada yang bisa mengatur hidupku, Selain aku. ----- Story...