.
.
.
Malam ini terasa begitu berbeda bagiku.Kalau sebelumnya aku hanya akan menghabiskan waktu sendiri di rumah sakit atau duduk diam di samping Felix yang sedang tertidur sambil menatap langit malam sejenak dari balik jendela kecil, namun kali ini ada 3 penyihir yang sedang sibuk melakukan perintahku dan 3 roh yang diam di sampingku ikut mengamati.
Aku menyangga tubuhku kebelakang dengan kedua tangan sambil menghela napas karena
bosan. Mengamati Felix yang sedang tidur lebih baik menurutku dari pada mengamati ketiga penyihir yang sedang melakukan perintahku. Ditambah ada tiga roh yang juga hanya diam saja jika aku tidak mengajak bicara.Aku tidak terkejut sama sekali ketika Jisung kembali dengan sekeranjang ikan segar. Dengan sedikit bantuanku, ikan-ikan segar itu kini menjadi ikan bakar yang sangat lezat. Kurasa indra perasaku mulai memudar karena beberapa hari ini aku tidak makan daging hewan. Malam semakin larut dan bulan terlihat semakin terang ketika aku selesai memakan seekor ikan bakar dan membuang durinya ke api unggun.
Aku dan 3 penyihir duduk melingkari api
unggun yang meredup dalam sunyi. Aku yakin mereka pasti mencoba menerka-nerka apa yang kupikirkan sekarang.“Aku sudah memutuskan.” Mulaiku yang menarik perhatian mereka. “Aku akan tetap pada tujuan awalku. Yaitu mengumpulkan kelima bola pengunci dan membuka gerbang Arven.”
Mendengar penuturanku, Eunha langsung menunjukkan raut tidak terima. “Kau gila? Itu sama saja mempermudah terjadinya perang.”
“Kau belum mendengar lanjutannya.” Potongku. “Lagipula perang itu memang akan terjadi cepat atau lambat. Meskipun aku tidak menginginkannya, Joshua pasti berpikir lain. Inilah momen yang ditunggunya. Dia tidak mungkin melewatkannya.”
“Tapi, kau bisa memilih untuk tidak membuka gerbang itu.” Ucap Yuna.
Aku mengangguk kecil. “Benar, tapi aku yakin Joshua pasti punya cara untuk membuatku
melakukannya. Entah dengan ancaman atau dengan membunuhku. Toh, yang diperlukannya hanya kelima bola itu.” Terangku.“Aku tidak mengerti. Bukannya hanya kau yang bisa membuka gerbang itu?” Tanya Jisung yang kuangguki. “Lalu, kenapa Joshua bisa membukanya tanpamu?”
Aku menunjukkan lengan tanganku yang sudah terdapat 3 tanda hasil dari membuka bola pengunci. “Ketika membuka semua bola itu, mereka akan menyatu padaku. Artinya aku adalah mereka dan mereka adalah aku. Jika aku mati mereka akan ikut mati. Tapi itu tidak berlaku pada roh.”
“Mereka akan menjadi makhluk tidak berpemilik. Siapapun bisa memiliki mereka. Dan Joshua pasti sudah tahu." Sahut Yuna
Aku mengangguk. “Benar. Itu artinya bila aku ingin memastikan kelima roh berada di tangan yang aman, aku harus menghindari keadaan dimana nyawaku akan menjadi taruhannya.”
“Kau harus tetap hidup dalam kondisi apapun untuk bisa mengendalikan semuanya.” Tutur Eunha yang mulai paham maksudku.
"Kalau begitu, kau jangan mengumpulkan bola pengunci itu agar Joshua tidak berbuat
semaunya." Ucap Jisung."Lalu membiarkan bangsa Arven menderita selamanya?" Aku menggeleng. "Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi."
Jisung menghela napas. "Ini benar-benar sulit." Dia mendongak menatapku. “Lalu, apa
rencanamu? Satu bola ada di tangan Joshua itu bukan masalah jika kau tetap berpura-pura di pihaknya. Tapi, bola pengunci kekuatan api ada di tangan Kim Soo Hyun.”“Dan sekarang ditambah Kim Tae Hyung sedang memburumu. Itu artinya dia tidak akan membantumu.” Lanjut Eunha.
Aku menarik napas pelan. “Aku akan melakukannya dengan caraku. Dan masalah Kim Tae Hyung, aku tidak mau membahasnya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ENTER; NEW WORLD
AdventureSebuah dunia baru muncul memberikan harapan, membuatnya semakin tenggelam dalam lautan keinginan. Hal itu membawanya pada sebuah kesalahan yang berujung kematian. . Namaku Roseanne Park Tidak ada yang bisa mengatur hidupku, Selain aku. ----- Story...