.
.
.Aku mengetukkan jari telunjukku pada sandaran tangan di kursi yang aku duduki saat pertama kali kesini beberapa hari lalu, menunggu Chanyeol yang tidak segera menunjukkan diri. Kulihat Joshua disampingku sedang mencoret-coret selembar kertas kaku berwarna kuning usang, kertas yang masih sangat ketinggalan zaman. Tapi mau bagaimana lagi? Disini belum ada teknologi canggih seperti di dunia manusia.
Joshua mengembuskan napasnya. “Seandainya aku punya peta dan miniatur patung prajurit. Huh.. membuat strategi hanya dengan kertas dan pena sungguh melelahkan.” Gerutunya.
Aku hanya diam tanpa mau ikut serta menimpali gerutuannya. Pikiranku terlalu sibuk dengan apa yang dikatakan Chanyeol: Kau belum dewasa, tidak seharusnya kau menyombongkan dirimu hanya karena kau punya kekuatan melebihi kami, mungkin kami akan menunggu beberapa tahun lagi untuk menemukan orang yang cocok membantu bangsa kami tanpa merendahkan segala ‘kekonyolan’ yang kami percaya. Aku mendenguskan napas sambil mengusap kepala bagian atasku. Aku tidak bisa terus begini. Tidak mungkin juga mereka mau mengikuti orang baru yang mengaku ratu mereka namun dia sangat sombong dan egois. Huh, aku harus merubah sikapku.
"Kau baik saja?” Tanya Joshua.
“Apa kita sedekat itu sampai-“ aku memejamkan mata menyadari perkataanku. Jaga sikap Rose. Aku melipat mulutku. “Aku baik-baik saja.” Demikian jawaban yang ku katakan.
Joshua menaikkan satu alisnya. “Mendengarmu menjawab pertanyaanku tanpa emosi, kurasa kau sedang tidak baik saja.” Aku hanya menatapnya, melatih mengendalikan emosi dan kekesalanku. Dan ternyata itu sulit juga. Joshua menatapku lekat-lekat. “Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Chanyeol. Tapi bisakah kau beri tahu aku? Aku seperti orang bodoh yang melihat perselisihan kalian tanpa tahu apa-apa tadi.”
Aku diam sebentar dan menjawab, “memang lebih baik kau tidak tahu.”
Joshua mendengus mendengar jawabanku. “Apa semua harus disembunyikan dariku? Paling tidak biarkan aku tahu apa yang terjadi agar tidak terjadi salah paham.”
"Untuk kenyamanan bersama," aku dan Joshua menoleh kearah sumber suara, “lebih baik memang tidak banyak yang tahu tentang perselisihanku tadi dengan Rose.” Chanyeol berjalan menuju kursinya dan duduk tegak disana.
“Baiklah,” ucap Joshua sambil menegakkan tubuhnya. “Kuanggap perselisihan kalian sebagai perselisihan antar orang dewasa saja.”
“Aku tidak berpikir demikian.” Sahut Chanyeol. “Perselisihan antar orang dewasa adalah perselisihan dimana dua ‘orang dewasa’ saling berargumen.” Aku menatapnya datar. Aku tahu apa yang ia maksud. Dia masih berpikir bahwa aku belum sedewasa itu sampai perselisihan kami tadi tidak bisa dibilang perselisihan antar orang dewasa. Chanyeol memalingkan pandangannya. “Pertemuan ini untuk membahas rencana perang. Jadi, apa rencananya?”
“Bukan hakku untuk berbicara soal rencana perang.” Joshua berbalik memandangku, menyuruhku memberi tahu apa rencana yang sudah aku buat. “Kami sudah setuju akan menggunakan caramu, kau ingat?” Kulihat wajah Joshua yang menunggu diriku untuk berbicara. Kemudian aku melihat Chanyeol yang juga tampak menunggu.
Aku pun menegakkan tubuh dan mulai bicara. “Kumpulkan semua pasukan besok. Akan aku beri tahu rencananya saat itu.”
“Normalnya, rencana akan dibahas oleh para petinggi perang seperti pemimpin pasukan dan jenderal. Setelah rencana itu disetujui, pemimpin setiap kelompok pasukan akan memberi tahu ke semua prajurit. Tapi yang kau lakukan sekarang adalah ingin membahas rencana perang dengan semua prajurit langsung? Kau ingin menimbulkan kericuhan?” Ucap Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENTER; NEW WORLD
PertualanganSebuah dunia baru muncul memberikan harapan, membuatnya semakin tenggelam dalam lautan keinginan. Hal itu membawanya pada sebuah kesalahan yang berujung kematian. . Namaku Roseanne Park Tidak ada yang bisa mengatur hidupku, Selain aku. ----- Story...