CINTA H2 ; 15

4.5K 267 3
                                    

Hanif membuka matanya perlahan. Silau cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah jendela yang masih ditutupi horden pintu, membuat Hanif menyipitkan matanya. Hanif bangkit dari tidurnya. Menyandarkan tubuhnya sebelum beranjak pergi.

Hanif memukul kepalanya berkali-kali. Rasa pusing masih juga belum hilang. Entah apa yang membuat kepalanya menjadi pusing begini. Padahal tadi malam dia hanya meneguk air mineral yang disuguhkan seseorang.

Hanif melihat sekelilingnya. Mengedarkan pandangan sebelum benar-benar pergi. Namun, posisi seseorang yang memeluk lutut dan membenamkan kepalanya diantara lututnya membuat Hanif terperanjat. Apalagi terdengar isak tangis.

Hanif mengernyitkan dahinya. Kenapa ada orang di sini?! Di dalam kamar ini?!.

"Mbak!!" Panggil Hanif. Masih dari tempat tidur.

Yang dipanggil mbak, mengangkat kepalanya. Hanif kaget ketika wajah perempuan yang duduk tak jauh darinya sudah dipenuhi dengan air mata. Rambutnya terlihat kusut. Hanif berniat mendekat. Namun perempuan itu malah menjerit kuat.

"Mbak...mbak!" Panggil Hanif. Belum sempat Hanif memahami apa yang sedang terjadi, seketika pintu didobrak dari luar. Segerombolan orang-orang-beberapa pria dan wanita-masuk begitu saja.

Hanif baru hendak berdiri ketika bogem mentah mendarat tepat di pipinya.

"Kurang ajar!!" Teriak salah seorang dari laki-laki yang meninju Hanif. "Berani-beraninya kamu menghancurkan hidup anak saya!!"

Buggg!! Pipi Hanif kembali ditinju. Hanif terdorong beberapa langkah.

"Pak, tunggu!!maksud ba--"

Buggg!! Tinju lagi. Kali ini oleh laki-laki yang berdiri di belakang laki-laki yang meninju Hanif tadi.

"Pak! Apa salah saya?!! Kenapa saya di perlakukan seperti ini?!!" Tanya Hanif. Darah segar mengucur dari sudut bibirnya.

Perempuan yang menangis tadi, di bopong oleh salah seorang dari mereka.

"Apa yang telah kamu lakukan sama anak saya?! Hah?!" Tanya laki-laki itu histeris.

"Apa yang saya lakukan?! Memangnya saya apakan anak bapak?!" Tanya Hanif bingung. Kemarahan kentara terlihat dari raut laki-laki itu.

"Ratih!! Jadi ini laki-laki itu?!" Teriaknya. Perempuan yang menangis tadi ternyata bernama Ratih. Tapi Ratih bergeming. Tubuhnya terlihat memeluk seorang perempuan.

"Heii!! Ada apa ini?! Tolong jelaskan!! Saya tidak terima jika saya dipukul tanpa sebab begini!!" Teriak Hanif mulai emosi.

Tak terima diteriaki, tiga orang laki-laki maju dan secara brutal memukuli Hanif. Tiga lawan satu, membuat Hanif terkapar tak berdaya.

Samar-samar, sebelum semuanya menjadi gelap, Hanif mendengar suara seseorang melapor. "Aman bos!"

Lalu gelap.

♡♡♡♡♡

Tak ada yang bicara. Baik itu Ardi maupun Raihan. Dua laki-laki yang biasanya bawel itu mendadak kalem hari ini. Di depan mereka Hanif terbujur dengan mata terbuka sembari menatapi langit-langit.

"Jadi apa solusi lu?!" Raihan buka suara.

"Solusi apa?! Mana ada solusi untuk kesalahan yang bukan kesalahannya?!!" Timpal Ardi, yang duduk di sebelah Raihan.

"Setidaknya, harus ada solusinya"

"Jelas-jelas Hanif tidak salah! Dia hanya korban!"

"Lu ada bukti?!"

"Bukti?!" Ejek Ardi.

"Iya, bukti! Lu bisa buktiin kalau si Hanif benar-benar gak melakukan itu?!"

Cinta H2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang