"Pah!!papaa..!!" Nadia menarik-narik tangan Hanif yang terdiam di kursi tempat dirinya biasa bekerja.
Hanif bergeming. Pikirannya melayang ke kejadian tadi siang. Entah mengapa, hari ini dia kebetulan tidak ada mata kuliah lagi, dan memutuskan untuk segera pulang. Rencananya, ingin mengajak Nadia untuk jalan-jalan mengitari mall. Sudah lama sekali tidak mengajak Nadia jalan-jalan.
Tapi,
Apa yang ditemuinya tadi siang, sungguh membuat Hanif kehilangan fokus dan keinginan untuk membawa Nadia jalan-jalan. Di depan pintu rumah Hana, Hanif melihat laki-laki jangkung berbalut kemeja lengan panjang dan celana jeans berdiri di depan pintu, sambil mengetuk pintu. Bahkan Hanif juga melihat Nadia yang membukakan pintu. Raut Nadia terlihat kaget ketika melihat siapa yang datang. Hanif tahu, pasti putrinya itu berpikir dirinyalah yang datang untuk menjemputnya.
Tak selang beberapa lama, dua anak perempuan kecil menghambur kepelukan laki-laki itu dan memanggil mereka Ayah. Hanif terkesiap. Jadi, laki-laki itu adalah suami Hana?! Eh, salah mantan suami Hana?! Seumur-umur, baru kali ini Hanif melihat laki-laki yang bisa mengalihkan perhatian Hana dari dirinya. Dan laki-laki itu sungguhlah tidak buruk. Dia terlihat seperti laki-laki tampan yang diidolakan kaum hawa pada umumnya. Tubuh jangkung, badan-mungkin atletis-kulit sawo matang-meskipun Hanif tidak melihat secara keseluruhan.
Laki-laki itu masuk ke dalam rumah. Hmmm,,jadi hubungan mereka tidak seburuk pasangan yang bercerai pada umumnya. Laki-laki itu terlihat santai saja masuk ke dalam rumah tanpa ragu sedikitpun. Sungguh, Hanif penasaran, kenapa Hana pemaaf sekali, bisa membiarkan mantan suaminya itu masuk ke dalam rumah. Padahal, menurut cerita dari mulut Ardi dan Raihan, Hana bercerai dari mantan suaminya karena mantan suaminya kedapatan selingkuh. Entahlah, Hanif juga tidak ingin terlalu tahu persoalan rumah tangga mereka.
Hanya saja....
"Papaa!!" Teriakan Nadia sukses membuat Hanif hampir terjengkang dari kursinya. Hanif beristighfar, lalu menatao Nadia. Hampir saja dia ingin marah, tapi melihat Nadia sudah ketakutan, Hanif memgurungkan niat.
"Nadia,,,apa gak bisa panggil papa baik-baik?!" Tanya Hanif membenarkan posisi duduknya dan menghadap Nadia.
"Dari tadi Nadia udah manggil-manggil papa,kok! Papa aja yang gak dengar. Papa kaya mikirin sesuatu gitu.."
"Serius kamu?!" Tanya Hanif kaget.
"Nadia gak bohong, pa! Papa kayak lagi gak di sini. Tatapan papa kosong. Papa sakit ya?!" Tanya Nadia kuatir.
"Nggak sayang!" Hanif membelai rambut Nadia. "Kamu mau makan apa malam ini?!" Tanya Hanif.
"Nadia maunya masakan tante Hana, pa! Tapi gak mungkinkan kita ke sana dan makan di sana?!" Cekikikan Nadia. Hanif ikut tertawa.
"Ya sudah, kita pesan makanan online aja yaa?!" Tanya Hanif. Nadia mengangguk mantap.
Lima menit kemudian, pintu rumah mereka diketuk.
"Siapa ya, nak?!" Tanya Hanif lalu berjalan menuju pintu.
Pintu dibuka, dan raut wajah yang tak asing sudah berdiri di depan pintu rumahnya. Rina-adik sepupu Hana.
"Tante Rina?!" Seru Nadia senang.
"Hai, Nadia!" Panggil Rina sambil melambaikan tangannya. "Kamu udah makan belum?!" Tanya Rina.
"Belum tan, ini baru mau order makanan!"
Rina menatap Nadia kasihan. "Kebetulan, tadi tante Hana masak banyak, jadi yaa, sekalian diantar ke sini. Eh, Nad, tante Hana masakin soto lhoo..kata tante Hana, kamu suka banget sama soto.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta H2 ✔
RomanceHana dan Hanif bertemu setelah sekian lama terpisah. Namun situasi mereka tak sama lagi. Keduanya sama-sama telah terikat pernikahan dan memiliki anak. Tapi cinta tak pernah kenal waktu. Cinta mampu menembus hati yang batu sekalipun. Cinta mampu men...