Aisyah sudah berumur tiga tahun tatkala Agung mengutarakan keinginannya untuk menikah lagi. Hana yang sedang merekap pesanan dari berjualan online menatap Agung dengan tatapan kaget.
"Menikah lagi?!" Tanya Hana. Gerakan tangannya terhenti.
Agung mengangguk. Tubuhnya ikutan duduk di samping Hana yang terdiam beberapa saat.
"Apa ada yang salah dengan pernikahan kita, sampai abang ingin menikah lagi?! Atau abang tidak puas dengan pengabdianku selama delapan tahun ini?!" Tanya Hana mencari jawaban di mata suaminya. Hana sungguh bukan perempuan yang bisa berbesar hati jika itu menyangkut pernikahannya. Agung memang laki-laki idaman. Hana tahu itu. Sering kali Hana melihat perempuan-perempuan yang mencoba menggoda suaminya. Atau kadang ketika mereka jalan berdua, ada-ada saja yang datang menyapa dan mengajak bicara.
Tapi, Hana bukanlah istri pencemburu. Selagi sikap Agung tidak menyalahi aturan pernikahan mereka, Hana tidak akan ambil pusing.
Agung menggeleng. Kedua tangannya memegang pundak Hana. "Kamu adalah perempuan terbaik yang aku kenal. Istri tersholeh yang sudah aku nikahi-"
"Lalu, untuk apa abang ingin menikah lagi?!" Buru Hana dengan pertanyaan.
Agung menghempaskan nafasnya. Tangannya tak lagi memegangi pundak Hana. Wajahnya ia putar agar tak bersitatap dengan istrinya.
"Apa abang--bukan, apa perempuan itu-hamil?!" Tanya Hana terbata. Membuat Agung menoleh dan kedua mata mereka bertemu. Agung dengan keterkejutannya. Sementara Hana dengan air mata yang mulai menggenang.
Agung menunduk. "Katakan, bang!! Jawab Aku!!" Jerit Hana. Hana mencari-cari kebenaran di mata milik suaminya. Tapi, di mata itu tak ada penyangkalan. Dan benarlah adanya, bahwa dugaan Hana benar. Agung telah menghamili wanita lain.
"Siapa wanita itu, bang?!" Tanya Hana saat sudah berhasil menguasai diri.
"Sekretarisku!" Jawab Agung membuat Hana terhenyak.
"Sari?!"
♡♡♡♡♡
Malam itu, daripada menyelesaikan orderan dari pembeli, Hana lebih bersedia mendengarkan keseluruhan pengakuan dari Agung. Bagaimana dia bisa melakukan hal terkutuk itu sementara Agung masih memiliki istri dan tiga orang anak yang masih kecil-kecil.
Dari pengakuan Agung, terkuak kebenaran kalau
Agung melakukan itu tanpa ada niat sedikitpun. Bukankah setiap maling yang jika sudah tertangkap basah akan menyusun segudang alasan agar dia tidak terlihat benar-benar bersalah?! Agar dia tidak menjadi sosok yang bersalah seutuhnya?! Berlindung dari setiap kebohongan yang dia ciptakan sendiri?.Hana menatap langit-langit rumahnya yang berwarna putih bersih. Mereka terdiam cukup lama. Hanya suara tetesan hujan yang mulai reda yang menemani malam mereka.
Hana menghapus sisa air mata dengan jilbab sorongnya. Pandangannya lurus ke depan. Tak sedikitpun menoleh kepada suaminya.
"Apakah Ibu tahu tentang perbuatan abang ini?!"
"Abang tak berani menyakiti hati ibu!"
"Tapi berani menyakiti hatiku?!" Senyum Hana terukir. Getir.
Agung bergeming. "Kalau kamu menyetujui aku menikahinya, maka aku akan jujur kepada Ibu"
"Kalau tidak?!"
"Kamu tahu jawabanku!!"
Allahuakbar...! Hana meremas dadanya yang bergejolak. Ia tak ingin terlihat kalah di depan suaminya. Sebagai istri, dia sudah berperan dengan sangat baik. Ia menjadi istri yang tetap tinggal di rumah, tidak pergi kemana-mana tanpa izin dari suaminya. Menjadi Ibu selama dua puluh empat jam penuh menjaga dan mendidik anak-anak mereka. Tapi, jawaban suaminya membuat Hana tak bisa bertolak angsur lagi. Rela atau tidak dirinya, Agung tetap akan menikahi Sari. Lalu apa gunanya lagi Agung bertanya, jika dia sudah membuat keputusan sendiri?!.
Hana meremas gamisnya sekuat tenaga. Mengalirkan emosinya yang hampir saja susah dibendung.
"Kalau itu pilihan abang-maka aku tidak bisa berkata lagi. Nikahilah dia! Tapi--" Hana menghela nafas dalam-dalam. "Tolong ceraikan aku, bang!!" Ucap Hana dengan bibir bergetar. Agung terperangah mendengar permintaan istrinya.
"Ber--ce--rai?!"
Hana bangkit dan berlari ke kamar anak-anaknya. Dibiarkannya Agung yang termangu di tempatnya. Sendirian.
♡♡♡♡♡
"Kita akan kemana, Ma?!" Tanya Ayana melihat Hana mengepak baju-baju mereka ke dalam koper.
"Ke rumah nenek!" Nenek yang dimaksud adalah orang tua Hana.
"Kenapa?!" Tanya Ayana lagi, masih belum puas.
"Dari pada kamu bertanya terus lebih baik kamu bantu Mama beberes!" Perintah Hana yang disambut anggukan Ayana. Sepeninggal Ayana, Hana terduduk di tepian kasurnya. Hana tidak tahu, jika bercerai adalah keputusan yang tepat saat ini. Tapi, Hana benar-benar tidak bisa menoleransi sikap Agung atas perbuatannya itu. Dengan entengnya dia bermain di belakang Hana. Dan dengan enteng pula meminta menikahi sekretarisnya itu!.
Hana belum cukup bisa berbesar hati atas penghianatan ini. Baginya, pernikahan itu bukanlah ajang untuk berbuat sesuka hati. Ada aturan yang harus dipatuhi. Ada perasaan yang harus dijaga. Jika keduanya saja Agung telah gagal. Maka buat apa lagi mempertahankan pernikahan ini?!.
Hana bukan juga istri yang siap dimadu oleh suaminya. Sungguh, saat menerima lamaran Agung, Hana selalu bertanya kepada Agung jika suatu saat nanti diantara mereka berbuat salah, apa yang akan mereka lakukan?!. Dengan percaya diri Agung menjawab, salah satu dari mereka boleh meminta cerai atau menggugat cerai.
Dan sekarang, sudah jelas siapa yang berbuat salah. Hana hanya menjalankan apa yang sesuai dengan yang mereka sepakati dahulu. Jauh sebelum Agung berkhianat.
Ayana datang bersama kedua adiknya-Ayunda dan Aisyah. Melihat mereka, emosi yang tadinya meledak mendadak padam. Terlebih ketiganya berhamburan memeluk Hana.
"Ma-ma" panggil Aisyah.
"Kita mau ke rumah nenek ya, Ma?!" Tanya Ayunda. Hana memgangguk. "Horreee!!!" Teriak Ayund semangat.
"Ish,,kok teriak sih, dek?!" Tegur Ayana.
"Ayu suka ya, main ke tempat nenek?!" Tanya Hana.
"Suka, Ma! Nenek orangnya baik! Suka kasih jajan Ayu. Trus,,suka di ajak jalan-jalan juga!" Cerita Ayunda. Ya, bagi anak sepolos Ayunda, kebaikan seseorang itu maknanya sangatlah simpel. Cukup diajak jalan dan dijajankan, maka semua orang akan dianggap baik olehnya.
"Kalau Ayah?!" Tanya Hana meluncur begitu saja.
"Ya pasti baiklah, Ma!" Ayana yang menjawab. Ayunda ikut membenarkan. Hana tersenyum demi mendengar penuturan anak-anaknya.
"Apapun yang terjadi antara Mama dan Ayah, kalian haruslah selalu menyayangi Ayah, ya?!" Pinta Hana sambil mengelus pipi Ayana dan Ayunda.
"Iya, ma!" Jawab keduanya cepat.
"Oke! Sekarang kalian tidur dulu! Besok pagi-pagi kita pergi ke rumah nenek."
Setelah menciumi pipi Ayana dan Ayunda, kedua gadis kecil yang usianya terpaut dua tahun itu berlari menuju kamar mereka. Sementara Aisyah masih tidur bersama Hana.
♡♡♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta H2 ✔
RomanceHana dan Hanif bertemu setelah sekian lama terpisah. Namun situasi mereka tak sama lagi. Keduanya sama-sama telah terikat pernikahan dan memiliki anak. Tapi cinta tak pernah kenal waktu. Cinta mampu menembus hati yang batu sekalipun. Cinta mampu men...