"Hanif?!!"
Mata Hana menyipit melihat orang yang dikenalnya berdiri tak jauh darinya.
"Siapa?!" Tanya Rani.
"Gue ngelihat Hanif!"
Rani dan Yuli berpandangan. Siang ini, mereka sedang berjalan bertiga, sekedar cuci mata. Mengitari pusat perbelanjaan yang tengah ramai didatangi oleh manusia.
Hana melebarkan langkah. Tak perduli dengan teriakan Rani yang memanggil namanya. Hana ingin mengejar Hanif. Ingin bertanya, kemana saja ia belakangan ini?. Pasca wisuda, Hanif seperti hilang ditelan bumi.
Hana terus berlari, mencari Hanif. Tapi orang yang lalu lalang di hadapannya, membuat Hana kehilangan jejak. Seketika, sosok Hanif sudah lenyap dari pandangan.
Hana menyisiri setiap pertokoan. Entah kenapa, dia ingin sekali mememukan Hanif saat ini juga. Tapi, lagi-lagi, jejak Hanif hilang. Hana mengakhiri langkahnya. Lemas, Hana jongkok.
Ada sesak di dadanya. Walaupun dia bukan siapa-siapanya Hanif, tapi Hana merasa kehilangan orang yang dia rindukan.Tangan seseorang menyentuh Hana.
"Na!" Hana menoleh, dan mendapati Yuli sudah berdiri di sampingnya. "Pulang yuk!"
"Gue ngelihat Hanif, Yul!" Suara Hana serak.
"Salah kali! Kalau lu ngelihat Hanif, udah pasti dia noleh saat lu panggil-panggil namanya, iya, kan?!" Serobot Rani yang tahu-tahu sudah ikut berdiri di samping Yuli.
"Mata gue belum buta! Gue tahu itu Hanif!" Bentak Hana kesal. Kenapa sih, pada gak percaya?! Hana bangkit, dan melangkahkan kaki.
"Na, mau kemana?!" Tanya Yuli mengekor. Takut kalau Hana lari lagi.
"Pulang!!" Jawab Hana ketus.
♡♡♡♡♡
Hanif bernafas lega, ketika tak ada lagi yang mengejarnya. Salah, kenapa dia harus datang ke pusat perbelanjaan ini? Jelas-jelas akan ada siapa saja yang datang kesini.
Ponsel Hanif berbunyi.
Kita udah pulang! Lu aman.
Hanif mengantongi ponselnya kembali.
"Jadi, itu Hana?!" Tanya seseorang membuat Hanif terperanjat. Hanif lupa kalau dia tidak datang sendirian. Ada perempuan bersamanya. Dan perempuan itu sedang hamil. Terbukti dari tadi dia memegangi perutnya yang terasa menegang.
"Maaf!" Hanif memegangi lengan dan pundak perempuan itu. Membantunya berjalan diantara ramainya manusia.
"Aku lapar!" Serunya tiba-tiba. Hanif mengangguk. Bukan hal aneh jika wanita hamil selalu merasa lapar. Apalagi, makanan yang dia makan untuk berdua.
"Mau makan apa?!" Tanya Hanif. Perempuan itu mengedarkan pandangan. Lalu tangannya menunjuk salah satu warung yang menyajikan hidangann berupa soto.
"Aku pengen makanan yang berkuah dan juga pedas! Akhir-akhir ini, tenggorokan ku dan lidah terasa pahit!" Jelasnya.
"Baiklah! Kita makan itu sekarang!" Hanif berjalan menuju tempat makan yang diinginkan perempuan di sampingnya. Setelah duduk dan memesan menu, tak lama dua porsi soto dan dua piring nasi terhidang di meja mereka. Tanpa menunggu, perempuan itu menambahkan kecap, saus dan cabe ke dalam mangkuknya. Terlihat antusias sekali. Hanif tersenyum melihat raut itu yang terlihat bahagia.
Ya, perempuan yang sedang menikmati soto itu, adalah istrinya sekarang. Mereka telah menikah, tepat setelah dirinya wisuda.
Hanif tidak lagi bersikeras untuk mencari siapa yang menyebabkan dirinya harus bertanggung jawab atas kejadian malam itu. Sebuah kenyataan membuat Hanif sadar, bahwa ada yang lebih menyedihkan dari meratapi kesialan hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta H2 ✔
RomanceHana dan Hanif bertemu setelah sekian lama terpisah. Namun situasi mereka tak sama lagi. Keduanya sama-sama telah terikat pernikahan dan memiliki anak. Tapi cinta tak pernah kenal waktu. Cinta mampu menembus hati yang batu sekalipun. Cinta mampu men...