CINTA H2 ; 34

3.2K 243 4
                                    

Hanif menyerahkan kunci mobilnya ke tangan Lisa-saudara perempuannya.

"Tolong jaga Nadia baik-baik. Sekalian tolong antarkan juga ke sekolahnya kapanpun dia mau". Beritahu Hanif yang diangguki Lisa cepat. Apalagi yang lebih menarik hari ini selain dapat menggunakan mobil gratis milik saudaranya.

"Beres, bang!" Lisa menyahut semangat. Di sebelah Lisa, Nadia masih betah dengan wajah sedihnya.

"Papa gak lama kok, Nad! Dua hari lagi juga pulang!" Hanif membelai pipi Nadia dengan gundah. Memang bukan keputusan bagus menitipkan Nadia di rumah ini. Mengingat seperti apa perlakuan Ibuk kepada Nadia. Tapi Hanif tak punya pilihan lain.

"Papa berangkat dulu!" Hanif melirik arlojinya. Mobil kampus sudah menunggu di depan, siap mengantarnya ke bandara. Hanif menarik sudut bibirnya sedikit, lalu membalikkan badan dan melangkah pergi.

Nadia terisak. Kalau boleh memilih, dirinya tak ingin tinggal di sini. Biarlah tinggal sendirian di rumah, dari pada harus berada di sini.

"Ayo masuk!" Suara Lisa menyadarkan Nadia. Ogah, Nadia melangkah masuk mengikuti Lisa.
"Kamu udah makan, Nad?!" Tanya Lisa sejurus kemudian, sudah berada di depan meja.

Nadia duduk mengamati Lisa yang menyendokkan nasi dan sayur bayam. Plus kerupuk.

"Yang ada cuma ini. Tante belum masak!" Lisa menyodorkannya ke hadapan Nadia. Nadia meraih sendok, menyuapkan ke mulutnya. "Enak?!"

"Enak! Tapi lebih enak masakan tante Hana!" Jawab Nadia membuat Lisa mengerutkan dahi.

"Tante Hana?! Siapa tante Hana?!" Tanya Lisa lurus menatap Nadia.

"Sudah datang kamu?!" Suara perempuan menyapa gendang telinga Nadia. Santun, Nadia meraih tangan perempuan itu dan menciumnya.

"Oma!" Panggil Nadia.

"Sudah lama juga kamu gak kesini! Betah ya di sana?!" Tanya Oma duduk di samping Nadia.

Nadia bergeming. Lisa mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.

"Buk, lihat apa ini,jreng..jreng...!" Lisa menggoyang-goyangkan kunci mobil di tangannya.

"Punya Hanif?!" Tanya oma antusias. Lisa mengangguk.

"Nanti malam, jalan yuk, buk! Kemana kek gitu!" Mendengar ajakan Lisa spontan Oma mengangguk.

"Boleh, boleh! Eh tapi kamu bisa nyetit gak?!" Tanya oma mengingatkan.

"Ya bisalah, buk!" Ucap Lisa sombong.

"Ya udah, habis maghrib kita berangkat" lalu melirik Nadia. "Nadia gimana?!"

Nadia melirik dua orang dewasa di depannya. "Tinggal aja ya, Nad?!" Pinta Lisa membuat Nadia menghentikan makannya. "Tante mau me time dulu, mau jajan apa gitu!!" Kekeh Lisa senang.

"Jajan, jajan, sok kaya kamu! Ada uang kamu emangnya?!!" Sindir ibuknya.

"Ada dong!" Cibir Lisa, lalu beranjak ke dalam. Meninggalkan Nadia yang susah payah menghabiskan makanannya. Ahh, coba kalau di rumah tante Hana. Pasti sekarang Nadia makan dengan lahap.

"Kenapa?! Gak enak?!" Tanya oma mengagetkan Nadia.

"E-enak, oma!" Nadia menelan ludah.

"Kamar kamu di sebelah sana. Oma mau istirahat dulu!" Perempuan tua itu berlalu meninggalkan Nadia sendirian di dapur. Nadia menggeser piringnya menjauh. Meneguk air putih banyak-banyak.

Hari yang buruk.

♡♡♡♡♡

Selepas maghrib, Lisa benar-benar mengajak Ibunya pergi berjalan menggunakan mobil Hanif. Bak orang kaya baru, Lisa masuk dan duduk di belakang kemudi. Wajahnya terlihat ceria. Sebelum pergi tadi, Lisa berpesan untuk menjaga anak-anaknya yang masih kecil kepada Nadia. Padahal Nadia harus mengerjakan pe-er nya malam ini, karena besok harus dikumpul.

Cinta H2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang