CINTA H2 ; 43

3K 239 4
                                    

"Gak usah dikejar, pak! Banyak orang yang nonton ntar!' Suara Irna menahan langkah Hanif. "Bapak mau Hana di gosipin lagi sama warga di sini?!" Kebetulan sore itu bertepatan dengan azan ashar. Jadi beberapa warga ada yang pergi sholat ke mesjid.

Hanif menghela nafas kasar. Apa yang akan dipikirkan oleh Hana tentang dirinya nanti? Belum lepas dari ingatan, kalau dia baru saja melamar Hana. Dan sekarang-meskipun lamarannya ditolak-Hana melihatnya bersama seorang perempuan. Bisa-bisa Hana berpikiran dia bukan laki-laki yang baik, yang sangat mudah berpaling ke yang lain.

"Pak, saya mau pulang dulu! Makasih udah ditumpangin sampai ke sini, ya!" Irna menginterupsi. Hanif menoleh.

"Iya, sama-sama bu Irna!" Hanif terlihat kacau.

"Assalamualaikum!" Irna memberi salam. Dan dibalas lesu oleh Hanif.

Sementara di tempat lain, tepatnya di rumah Hana, Rina mengekor Hana ke dalam kamarnya.

"Pembohong!"

"Hah?!"

"Apa semua laki-laki sama ya?! Baru kemarin melamar, sekarang sudah jalan lagi sama perempuan lain!"

"Jangan-jangan itu dia tunangan pak Hanif, sekaligus--" Rina menatap Hana, "yang suka neror kakak!"

Hana melepas kardigannya. Lalu berjalan keluar kamar. Rasa-rasanya Hana ingin marah sekali sore ini, tapi teringat lagi, buat apa dia marah? Toh dia bukan siapa-siapa Hanif. Hana datang ks rumah Hanif hanya untuk menanyakan apakah si peneror ini benar-benar tunangan Hanif?. Tapi dia malah disuguhi dengan pemandangan yang menyakitkan mata.

"Kamu dari mana?" Suara bunda muncul dari dalam kamar, menuju dapur. Membuat Hana terperanjat. "Dicariin, tapi gak ada di rumah! Rina juga tidak ada!" Selidik Bunda, menatap Hana.

"Dari luar, bunda!"

"Kok gak pamit?! Anak-anak nyariin kamu tadi!"

"Maaf, tadi Hana buru-buru! Rina juga ikut Hana tadi!"

"Lain kali jangan begitu! Kasihan anak-anak kamu!" Hana mengangguk. Memasang wajah memelas. "Ya sudah, bunda mau sholat dulu!" Bunda masuk ke dalam kamar mandi. Terdengar tetesan air jatuh ke lantai kamar mandi. Hana menghela nafas pelan.

Ponsel Hana berbunyi.

Hana, ini tidak seperti yang kamu sangkakan.

Pesan dari Hanif. Hana mengabaikan pesan itu. Duduk di meja makan, menatap keluar.

Hana tahu, dia tidak pantas marah atas apa yang terjadi hari ini. Sekali lagi, dia bukan siapa-siapa Hanif. Bahkan tak ada yang spesial diantara mereka berdua. Hanya saja, Hana merasa marah karena Hanif baru saja melamarnya, dan sekarang?. Jujur Hana bingung, apa benar si peneror itu tunangan Hanif? Kalau benar tunangannya, tidak mungkin Hanif gegabah nekat melamarnya. Sebenarnya permainan apa yang tengah dimainkan si peneror ini?.

Hana mengusap wajahnya. Ah, sudahlah, masalah ini tidak seharusnya menjadi beban pikirannya. Toh, dia juga sudah menolak Hanif terang-terangan. Terserah Hanif mau bagaimana dengan perempuan itu. Hana tak perduli. Hana melangkah ke kamarnya, melaksanakan sholat ashar.

♡♡♡♡♡

"Cari apa, pak?! Ini ya?" Suara Irna menghentikan Hanif dari mencari kertas bertuliskan tulisan tangannya. Kertas itu adalah resume seluruh pertanyaan yang akan diajukannya kepada mahasiswanya disaat ujian kompre nanti. Dan kalau kertas itu hilang, Hanif tidak bisa memberikan pertanyaan kepada mahasiswanya nanti. Sebenarnya bisa saja memberikan pertanyaan tanpa catatan sekalipun, toh dia selalu bertanya kepada mahasiswanya saat diskusi tanpa perlu ada catatan kecil, tapi bulan-bulan ini hingga tiga bulan kedepan adalah masa-masanya seminar dan ujian kompre. Jadi Hanif memang membutuhkan resume pertanyaan itu.

Cinta H2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang