Setelah hampir tiga jam menghabiskan waktu menemani anak-anak bermain, Hanif mengantarkan Hana, Rina dan anak-anaknya ke depan rumah mereka. Aisyah yang tertidur di gendong oleh Rina. Sementara Ayunda di gendong oleh Hana. Ayana berjalan oleng karena sudah sangat kelelahan, langsung berlari dan duduk di kursi yang ada di teras.
"Makasih ya, tante Hana udah mau nemanin Nadia main!" Ujar Nadia dari dalam mobil yang jendela kacanya dibiarkan terbuka. Nadia melambaikan tangan, dan mobil Hanif melaju meninggalkan Hana yang masih berdiri di depan pagar rumahnya.
Seseorang mengamati mereka dari jauh, dan terlihat kesal melihat kedekatan Hana dan Hanif.
Hana membaringkan tubuh Ayunda di atas kasur. Ayana sudah dari tadi terlelap.
"Kak, sepertinya Aisyah demam deh!" Beritahu Rina yang ikut membaringkan Aisyah di samping Ayana. Hana meletakkan punggung tangannya ke dahi anak bungsunya itu. Apa yang dikatakan Rina benar. Bergegas, Hana mengambil air hangat dan handuk bersih ke dapur. Mencelupkan handuk bersih itu ke dalam air hangat tadi. Memerasnya sedikit. Lalu meletakkan di atas dahi Aisyah.
"Kita lihat saja nanti. Semoga panasnya turun. Aisyah kalau kelelahan memang suka demam. Biasanya kalau sudah tidur, sudah baikan lagi!" Hana mengelus rambut Aisyah penuh sayang. Dikecupnya pipi semok anak gadisnya itu. Lalu menghela nafas berat. Semoga Aisyah benar-benar baik setelah ini. Do'a Hana.
Malamnya. Jam setengah tiga dini hari. Hana yang kebelet pipis, turun dari kasurnya untuk segera ke kamar mandi. Tetapi, Hana kembali memeriksa kondisi Aisyah. Setelah isya tadi, Aisyah sudah agak ceria. Walaupun tidak mau makan. Hana juga sudah meminumkan paracetamol syrup kepada Aisyah sehingga gadis kecil itu bisa tertidur lelap.
Tapi, detik ini, Aisyah kembali panas. Bahkan panasnya melampaui panas yanf tadi. Bergegas Hana mengambil thermometer di laci mejanya. Lalu menjepitnya diantara ketiak Aisyah.
"38 °!" Gumam Hana begitu thermometer itu mengeluarkan bunyi pertanda pengukuran suhu tubuh telah selesai. "Ya Allah, nak! Badanmu panas sekali!!" Jerit Hana risau. "Sebentar ya, nak, mama telpon Ayah dulu, biar kita ke rumah sakit aja!"
Hana mengambil ponselnya dan mencari nama Agung di kontak ponselnya. Hana menunggu sampai Agung mengangkat telpon. Tapi sudah panggilan yang ke sepuluh, tak ada tanda-tanda Agung ingin menjawab ponselnya. Di sebelahya, Aisyah mulai terlihat gelisah. Hana meraih jilbab instannya, berlari ke kamar Rina.
"Rinaa!!" Panggil Hana kencang.
"Yaaa!" Lampu kamar Rina menyala. Pintu kamarnyapun terbuka. Dengan wajah setengah mengantuk Rina menemui Hana.
"Na, badan Aisyah panas lagi! Lebih panas dari yang tadi!!kakak mau ke rumah sakit! Kamu temankan Aya dan Ayu, ya!"
Demi mendengar perkataan Hana, seluruh bola mata Rina melebar. " dini hari begini, kak?! Sama siapa?!" Jerit Rina menyampirkan cardigan dan jilbabnya, lalu menyeret langkah keluar kamar menuju kamar Hana.
"Taksi online saja!" Jawab Hana asal, mengambil tas dan mengemas pakaian Aisyah juga dirinya.
"Bang Agung sudah kakak telpon?!"
"Sudah! Gak diangkat!!"
Rina meraih ponsel Hana, dan menekan nomor mantan suami Hana itu sekali lagi. Tidak diangkat. Rina menggeram. Tanpa pikir panjang, Rina berlari keluar rumah.
"Rina! Mau kemana, kamu?!" Jerit Hana. Tapi suara Hana kalah cepat dari langkah Rina, sehinga dalam sepersekian detik gadis itu sudah menghilang dikegelapaj malam. Hana menggendong Aisyah sambil berkali-kali memeriksa suhu tubuh anaknya. Di kasur, Ayana dan Ayunda masih terlelap dengan pulas. Setidaknya Hana bersyukur, dia bisa tenang meninggalkan mereka berdua dengan Rina tanpa harus ada drama tangisan terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta H2 ✔
RomanceHana dan Hanif bertemu setelah sekian lama terpisah. Namun situasi mereka tak sama lagi. Keduanya sama-sama telah terikat pernikahan dan memiliki anak. Tapi cinta tak pernah kenal waktu. Cinta mampu menembus hati yang batu sekalipun. Cinta mampu men...