Lampu kamar operasi masih menyala. Sementara, laki-laki jangkung yang berstatus sebagai suami itu duduk tenang tanpa raut gelisah sedikitpun. Pandangannya menekur ke bawah, seolah tengah menghitung ubin yang ada di lantai. Wajahnya datar. Sesekali matanya melempar pandang ke salah satu wanita yang duduk tak jauh darinya.
Drtttt....
Lampu kamar operasi padam. Bersamaan dengan keluarnya beberapa orang yang berpakaian sama khas rumah sakit.
Laki-laki jangkung itu berdiri. Mengejar para dokter dengan langkahnya yang panjang.
"Anak saya--" itu kata pertamanya, membuat dokter mengernyitkan dahi. Mungkin heran, kenapa bukan menanyakan kabar tentang istrinya dahulu.
Dokter itu menepuk pundak laki-laki jangkung itu. "Selamat, anak bapak laki-laki, dan alhamdulillah sehat! Selamat ya, pak--"
"Agung, dok!" Laki-laki yang bernama Agung itu mengulurkan tangannya, menjabat dokter dan rekannya. Wajahnya terlihat bahagia. Pandangannya kembali beralih pada perempuan yang berdiri tak jauh darinya. "Hana, laki-laki!' Jeritnya senang.
Hana berjalan mendekat, menghampiri dokter dan rekannya. " ibunya bagaimana, dok?! Selamatkan?!" Tanya Hana.
"Alhamdulillah ibu dan bayi, keduanya sehat, bu! Sekarang masih dalam pengaruh obat bius. Sebentar lagi akan kami pindahkan ke ruang perawatan". Jelas dokter itu tersenyum. "Permisi, bu!"
"Terima kasih banyak, dok!" Hana memandang dokter dan rekannya menghilang masuk ke belokan. Lalu melangkah sedikit menghampiri Agung. "Kalau begitu, aku pulang dulu, bang!" Hana membalikkan badan. Bersiap-siap pergi.
"Tunggu, Han! Bagaimana kalau kita ke kantin dulu! Ini sudah masuk jam makan siang!"
Hana melirik arlojinya. "Lain kali saja, bang!" Hana bergegas pergi.
"Han, plisss...!" Agung menghadang langkah mantan istrinya. Membuat Hana jengah. "Setidaknya temani abang sebentar, hmm?!"
Hana menghempaskan udara di dalam parunya keluar. Lalu melihat Rina yang tengah menatapnya.
"Ajak juga Rina!" Tutur Agung seperti mengerti isi pikiran Hana. Hana menggigit bibirnya.sekali ini saja, gak pa-pa.
Hana mengangguk. Memanggil Rina, dan berjalan menuju kantin.
Kantin terlihat ramai. Tapi beruntung ada satu meja kosong. Dan di situlah mereka duduk.
"Mau makan apa?!" Tanya Agung membolak-balik halaman buku menu.
"Nasi goreng aja" sahut Hana datar, lalu melirik Agung sekilas.
"Kalau kamu, Rin?!" Agung memandang Rina.
"Samain aja dengan kak Hana!" Jawab Rina canggung berada diantara mantan suami istri ini. Jika tak ingat kak Hana akan sendiri di sini tanpa ada yang menemani, Rina mungkin ogah datang kemari. Apalagi hanya untuk menyanggupi permintaan mantan suami yang...
Dua nasi goreng dan ayam geprek datang tepat waktu ke meja mereka. Agung yang terlebih dahulu menyentuh makanannya, lalu Hana dan Rina. Ketiganya makan dalam diam.
"Makasih ya, Han, udah mau datang ke sini!" Ucap Agung setelah mereka menyelesaikan makan.
Hana hanya menarik sudut bibirnya. "Makasih juga udah ditraktir, bang! Aku mau pamit dulu, kasihan anak-anak ditinggal sama bunda. Pasti bunda capek!" Hana sudah berniat hendak mengangkat pantatnya ketika suara Agung menahannya lagi.
"Han, Abang mau balik lagi sama kamu, bisakan?!" Dan pertanyaan Agung sukses membuat Hana terduduk lagi dengan raut wajah yang sulit digambarkan.
"Maksud abang?!" Hana bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta H2 ✔
RomanceHana dan Hanif bertemu setelah sekian lama terpisah. Namun situasi mereka tak sama lagi. Keduanya sama-sama telah terikat pernikahan dan memiliki anak. Tapi cinta tak pernah kenal waktu. Cinta mampu menembus hati yang batu sekalipun. Cinta mampu men...