Pesta pernikahan itu diadakan di salah satu ballroom hotel berbintang. Tak sedikit biaya yang digelontorkan mengingat dekorasi dan konsumsi yang dihidangkan terlihat berkelas dan enak.
Hanif berjalan penuh keraguan menyusuri kerumunan para undangan yang berdiri berkelompok. Mereka tampak tertawa satu sama lain. Hanif ingin mencari tempat untuk duduk ketika dia dikejutkan oleh seorang perempuan yang meneriaki namanya.
"Pak Haniifff!!" Windi sudah berdiri di hadapannya lengkap dengan hiasan dan baju yang dikenakannya. Windi tampak berbeda saat sedang kuliah. Wajahnya dipolesi oleh make up minimalis. Rambut panjangnya di cepol. Lalu dia mengenakan kebaya dengan rok batik berwarna senada. "Pak Hanif baru datang?!" Tanya Windi.
"Iya!"
"Sendirian pak?!"
"Seperti yang kamu lihat!" Hanif berjalan meninggalkan Windi. Tapi, langkah Hanif terhenti ketika melihat seorang laki-laki tua yang memakai baju batik yang sama dengan yang dikenakan Windi. Dan anehnya, Hanif mengenal laki-laki tua itu. Dia adalah pak Jefri-dosennya dulu.
"Pak Jefri" gumam Hanif. Pak Jefri berjalan mendekat dan tersenyum menatap Hanif begitu jarak mereka dekat.
"Haniiff!!" Panggil pak Jefri hangat. Lalu menjabat tangan Hanif. "Kamu benar Hanif, kan?!" Ulangnya meyakinkan diri.
"Iya, pa! Ini memang pak Hanif, mahasiswa papa dulu!" Timpal Windi sudah berdiri diatara pak Jefri dan Hanif. Hanif menatap Windi bingung.
Pak Jefri tertawa."Windi ini anak bungsu saya, Nif!"
"Pak Hanif mana perduli, pa! Orangnya dingin begitu!"
"Hush, kamu!! Ingat, dia ini dosen kamu lho!" Tegur pak Jefri sembari mempelototi anak gadisnya. Windi manyun. Lalu bapak dan anak itu saling melempar senyum.
Hanif hanya diam tanpa berbicara sepatahpun. Ternyata, Windi adalah anak dari dosennya di masa kuliah dahulu. Pak Jefri adalah dosen yang asyik. Paling terkenal humoris dan santai. Beliau tidak akan marah jika mahasiswa tidak mendengarkan mata kuliahnya. Tapi, keluar dari ruangan, siap-siap di suruh mengerjakan tugas yang banyaknya bikin kepala mumet.
Diantara semua mahasiswa, hanya Hanif, Ardi dan Rian yang sering kebagian tugas dari pak Jefri. Pasalnya, hanya mereka yang doyan bolos mata kuliah pak Jefri. Lagi pula, sepak terjang mereka bertiga sudah terkenal tukang rusuh. Entah mengapa mereka malah terdampar di fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan.
"Yuk, Nif! Silahkan dimakan hidangannya! Bapak mau nyamperi tamu-tamu dulu!" Tepukan pak Jefri mengagetkan Hanif. "Di! Kamu temani dosen kamu ini, ya?!" Peringat pak Jefri kepada putrinya.
Windi yang dimintai tugas, mengangguk. "Siap komandan! Laksanakan!!" Pak Jefri mengacak rambut anak gadisnya gemas.
"Iihh, papa! Berantakan rambut aku, kaann!!" Sungut Windi kesal. Lalu beralih menatap Hanif yang asyik mengedar pandangan. "Pak Hanif mau makan apa?! Biar saya ambilkan kalau bapak gak keberatan!"
Hanif menggeleng. "Gak usah. Saya bisa ambil sendiri. Kamu temani saja tamu-tamu yang lain!" Perintah Hanif kaku. Lalu berjalan meninggalkan Windi.
"Dosen aneh!!" Umpat Windi. Lalu mengekor di belakang Hanif tanpa sepengetahuan Hanif.
Setelah mengambil makan sekedarnya, Hanif mencari tempat duduk. Di panggung sebelah kiri, Hanif melihat seorang biduanita tengah melantunkan lagu bahagia. Hanif tak tertarik mendengarkan. Dirinya lebih memilih menyantap makanan di depannya.
"Wuihhh, datang juga lu, nif!" Suara yang Hanif kenal, membuat Hanif memutar bola matanya. Kini, di dekatnya ada Raihan dan Rani. Dua sejoli suami istri itu mengenakan baju seragam dengan warna yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta H2 ✔
RomanceHana dan Hanif bertemu setelah sekian lama terpisah. Namun situasi mereka tak sama lagi. Keduanya sama-sama telah terikat pernikahan dan memiliki anak. Tapi cinta tak pernah kenal waktu. Cinta mampu menembus hati yang batu sekalipun. Cinta mampu men...