CINTA H2 ; 36

3.3K 244 2
                                    


Hana tidak menyadari seseorang sudah berdiri tak jauh darinya, saat dia tengah melamun tadi. Begitu Hana melihat pergerakan melalui sudut matanya, Sontak Hana menoleh, dan mendapati Hanif sedang memandang ke arahnya.

Hana salah tingkah. Mencoba menghilangkan gemuruh di dadanya. Sudah berapa lama Hanif berdiri di sana?. Apa dia melihat Hana yang tengah melamun?!

"Nadia ada di dalam!" Beritahu Hana.

Hanif berjalan mendekat. "Makasih ya, Han!" Ucapnya.

"Untuk apa?!"

"Semuanya!" Wajah Hanif terlihat lelah. Hana hanya mengangguk.

"Nadia sudah menceritakan kenapa dia kabur dari rumah!" Hanif tersentak. Jadi Hana sudah tahu, kalau Nadia bukan anaknya?!. Hana melihat perubahan di wajah Hanif. "Tenang aja, Nif! Aku sudah memberikan pengertian kepadanya. anak-anak memang mudah sekali terguncang dengan cerita-cerita seperti itu. Tinggal kita yang harus meyakinkan mereka."

Hanif tak tahu harus berkata apa.

"Papaa!!" Teriakan Nadia mengagetkan mereka. Nadia menghambur kepelukan Hanif.

"Kamu sudah gak apa-apa kan, Nad?!" Tanya Hanif mengusap kedua pipi putrinya. Nadia mengangguk mantap.

"Nadia udah sehat, pa! Nih, lihat!!" Beritahunya sambil menari-nari dan melompat di depan papanya.

"Sekarang kita pulang, ya?!" Pinta Hanif. Nadia bergeming. Sebenarnya dia enggan pulang. Kalau nanti papanya pergi lagi, maka dia akan tinggal sendiri atau akan disuruh tinggal di rumah omanya. Nadia tidak mau!. "Papa gak akan ninggalin Nadia di rumah oma lagi!" Hanif mengerti kegelisahan putrinya.

Mata Nadia membulat. "Janji?!"

"Janji!" Angguk Hanif.

"Papa tunggu di sini. Nadia pamit sama nenek dan yang lainnya dulu!" Sepersekian detik Nadia sudah menghilang dari pandangan. Kembali meninggalkan Hana dan Hanif yang masih terpaku di tempat mereka. Tak berapa lama Nadia sudah kembali lagi.

"Yuk, pa!" Ajaknya. " tante Hana, Nadia pulang dulu ya. Kapan-kapan kalau Nadia main ke sini lagi, bolehkan?!" Tanya Nadia. Hana mengangguk.

"Kapanpun kamu mau!" Jawab Hana membuat Nadia bersorak girang. Lalu melambaikan tangan ketika Nadia sudah berlari, masuk ke dalam mobil yang terparkir di luar pagar rumahnya. Hanif serta merta ikut membalikkan badan, melangkah menuju mobilnya. Namun gerakan kakinya terhenti. Hanif kembali membalikkan badan, membuat Hana bingung dengan sikapnya.

"Hana-" panggil Hanif.

"Ya-" mulut Hanif bergerak ingin mengatakan sesuatu. Tapi entah mengapa ia ragu. Dan Hana seperti tidak perduli dengan apa yang menimpanya sebelas tahun yang lalu. Lemas, Hanif membalikkan badannya kembali setelah sebelumnya mengucapkan salam.

Setelah kepergian Hanif, Hana terduduk di kursinya. Ada banyak pertanyaan yang ingin dia utarakan. Tapi itu hanya tercekat di tenggorokannya saja. Hana menghembus nafanya kasar. Biarlah, biarkan saja. Toh, semua juga sudah berlalu. Apapun situasinya sekarang tidak akan pernah bisa mengembalikan yang lalu. Lagi pula Hana tidak punya hak untuk tahu tentang masa lalu Hanif. Karena mereka tak pernah punya hubungan apa-apa.

♡♡♡♡♡

Dua bulan setelah kejadian itu, Nadia sudah kembali ceria seperti semula. Bahkan hubungannya dengan Hana, semakin terjalin erat. Nadia tidak akan sungkan bermanja-manja dengan Hana, walau ada Ayana dan Ayunda di dekatnya. Karena bagi Nadia, Ayana dan Ayunda sudah dianggap seperti adiknya sendiri.

"Nadia menganggap kakak, udah kayak mamanya aja!" Celetuk Rina, ketika pagi ini mereka sedang menyiapkan sarapan.

Hana tak menyahut. Tangannya sibuk memasukkan bekal ke dalam kotak makan. Ada tiga kotak makanan yang harus disiapkan Hana selama lebih kurang dua bulan ini. Dua untuk Ayana dan Ayunda. Satu lagi untuk Nadia.

Cinta H2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang