Akhirnya rencana Agung untuk lebih dekat dengan Hana gagal. Hana beserta Rina dan kedua anaknya turun dari dalam mobil, berjalan masuk ke dalam rumah. Wajah Ayana ditekuk, karena keinginan untuk bersenang-senang akhirnya batal.
Bunda yang keluar dari kamar, terkejut. Melirik ke jam dinding yang terpajang di dinding.
"Kita gak jadi jalan-jalan tante! Tiba-tiba kak Hana minta pulang!" Beritahu Rina tanpa ditanya.
Hana berjalan ke dapur. Ayana dan Ayunda langsung masuk ke dalam kamar. Hana meraih gelas di meja dan menuangkan segelas air ke dalamnya. Meneguknya tak bersisa.
"Kenapa?!" Tanya Bunda duduk di seberang Hana.
"Coba bunda pikir. Saat ini istrinya lagi hamil besar. Tapi dia malah milih jalan-jalan sama mantan istrinya! Apa dia gak mikir, gimana perasaan istrinya nanti jika tahu kalau suaminya pergi bersenang-senang dengan mantan istrinya?!"
"Kan ada Rina dan anak-anak, kak!" Sahut Rina.
"Tetap saja, Rin, apa yang kakak lakukan ini salah! Setidaknya kakak gak mau jadi perusak rumah tangga orang!"
Rina bergeming. Hana bangkit dari duduk. Berjalan ke arah dapur. Mengambil kotak makanan yang masih kosong, dan mengisi soto ayam ke dalamnya.
"Rin, tolong antarkan ini ke Nadia! Siapa tahu dia benar-benar sakit!" Hana menutup kotak makanan itu, dan menyerahkannya ke Rina. Tanpa banyak cerita, Hana berlalu dari Hadapan Rina dan Bundanya menuju kamar.
Rina dan bunda Hana saling pandang.
"Ya udah, Rina ngantarin ini dulu ya, tan!" Rina memasukkan kotak makanan itu ke dalam tas kertas dan berjalan keluar rumah.
"Rin! Tunggu!" Bunda berjalan menghampiri Rina.
"Tante mau ikut?!" Tanya Rina berbalik.
"Bukan, tolong titipkan ini ke bude Asma ya!' Sambil menyerahkan tas kertas ke tangan Rina.
"Ini apa?!"
"Cuma makanan!"
Rina mengangguk, lalu pergi setelah mengucapkan salam. Karena rumah bude Asma berada sebelum rumah Hanif, maka Rina mengantarkan pesanan tantenya terlebih dahulu. Rumah bude Asma terlihat sepi. Seperti tak ada orang di dalamnya. Rina berjalan mendekat, berniat untuk mengetuk pintu yang sedikit terbuka. Namun, samar-samar suara dua orang yang tengah bercerita membuat Rina menghentikan keinginannya, dan memilih untuk menunggu diluar saja.
"Jadi si Hana itu sudah janda?!" Suara bude Asma terdengar kaget. Pun Rina. Kenapa nama kak Hana dibawa-bawa?.
"Setahu saya sih begitu, jeung! Soalnya, saya gak pernah lihat suaminya pulang ke rumah!"
"Masa?!" Bude Asma kaget. Lagi.
"Mana berani saya bohong! Saya dapat dari sumber terpercaya lho!" Sahut suara itu.
Bude Asma tertawa. "Dosa lho, kalau memfitnah orang!" Peringat budd Asma.
Gantian suara itu yang tertawa. "Jeung..jeung! Di sini, berita apa sih yang gak saya tahu?! Semuanya saya hapal luar kepala!' Semangatnya bangga. Rina mencebik. Tangannya mengepal sangking kesalnya. "Dan yang lebih hebohnya lagi ya jeung, si Hana itu lagi dekat sama tetangga baru kita di sini!"
"Oh, yang duda itu?!"
"Iya! Beberapa hari yang lalu, mereka pergi jalan-jalan sama anak-anak si Hana! Ya ampuunn, jeung! Kok gak tahu malu amat yak?! Udah janda tapi malah gak bisa jaga sikap!" Semburnya, membuat kuping Rina panas.
Dasar orang udik!
"Sudah, sudah! Gak baik terus ngomongin orang! Dosa! Lagian bukan urusan kita juga!" Bude Asma memperingati. Suara itu mencibir, lalu tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta H2 ✔
RomanceHana dan Hanif bertemu setelah sekian lama terpisah. Namun situasi mereka tak sama lagi. Keduanya sama-sama telah terikat pernikahan dan memiliki anak. Tapi cinta tak pernah kenal waktu. Cinta mampu menembus hati yang batu sekalipun. Cinta mampu men...