Di antara teman-teman Arga, menurutnya, Manuel adalah pribadi yang paling dewasa yang selalu bisa menyelesaikan masalah di antara mereka. Ketika mereka bertengkar saat sedang latihan, Manuel selalu bisa menyelesaikan pertengkaran itu dengan kata-kata yang ia ucapkan dengan tenang. Tidak hanya itu, Manuel selalu bisa membantu Arga untuk hal apa pun, termasuk saat Arga sedang tidak baik-baik saja dengan ayahnya.
Salah satu ucapan yang Arga ingat dari Manuel hingga sekarang adalah, "Pasti selalu ada hal baik yang bakalan datang ke kita, sesudah lo ditimpa banyak masalah, Ga. Lo harus percaya sama yang itu."
Dan untuk pertama kalinya, apa yang diucapkan Manuel kala itu terjadi pada dirinya sekarang. Siapa yang sangka, saat ia ingin menghabiskan waktu sendirian di Underground, bermaksud untuk menikmati minumannya, ia malah bertemu dengan dua orang asing yang tiba-tiba menawarkannya untuk bergabung ke dalam sebuah band.
Arga tertawa sinis dan barulah ia meneguk minumannya yang ia abaikan sedari tadi. "Kenapa gue harus terima ajakan lo?"
"Lo belum sebut nama lo siapa," balas lelaki yang bernama Riyan. Riyan kembali meneguk minumannya dan memandang temannya yang duduk tepat di sampingnya. "Gue bilang juga apa kan? Pasti ketemu satu."
"Alasan lo doang buat minum," Juan—nama temannya itu pun menimpali. Ia kemudian menoleh ke arah Arga—yang masih memandangi mereka dengan penuh selidik. "Bro, we're not bad guys, okay? Tapi kita emang mau bikin band, dia enggak bohong."
Riyan mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali dan menoleh ke arah Arga lagi. "Kita teman satu kuliah, punya hobi yang sama. Sebelumnya punya band juga tapi enggak ada yang bertahan lama."
"Sorry, dia emang suka curhat sama stranger." kata Juan. Riyan kemudian mengernyitkan dahi kepada temannya itu.
Arga terkekeh pelan mendengarnya. "Apa yang membuat lo yakin kalau gue enggak tergabung ke dalam band lain sekarang?"
"Kelihatan. Lo kayak lagi frustasi atau lagi ada masalah sama teman-teman satu band lo. Bener enggak?" Melihat Arga yang tak kunjung menjawab pertanyaannya, Riyan tersenyum miring. "Oke, gue bener."
Arga bergeming dan ia kembali larut dalam pikirannya bersama The Devil's Talk. Walaupun The Devil's Talk tidak akan bisa bersama lagi, Arga tidak akan menyerah begitu saja kepada mimpinya dan membuat Pandu melakukan apa yang ia mau terhadap anaknya itu. Arga jelas tidak mau hal itu terjadi.
"Arga," ujar Arga sembari menggeser gelasnya yang sekarang sudah kosong ke arah Bartender untuk diisi kembali. "Nama gue Arga."
Riyan dan Juan saling melempar pandang—sedikit terkejut karena pertanyaan mereka yang sok kenal dan sok akrab itu disambut baik oleh Arga. Riyan menyenggol lengan Juan dan membuat lelaki itu berdecak kesal. "Bayar minuman gue! Gue menang!" bisiknya dan membuat Juan mendengus.
"Oke, Arga. Salam kenal. Btw, lo udah kelar kuliah apa belum?"
"Gue lagi revisian skripsi buat sidang." kata Arga menjawab pertanyaan Riyan.
"Masih mending daripada lo yang harus ngulang beberapa mata kuliah." sahut Juan santai.
Riyan berdecak. "Bawel lo, Juan! Tapi enggak apa, tugas akhir enggak bakalan bikin kita lupa sama mimpi, kan?! Lagian skripsi gue enggak ada hubungannya sama calon band kita nanti. Gue enggak bakalan nulis skripsi jadi lirik lagu gue."
"Bacot lo, bacot, tahu enggak?"
Arga tertawa kecil melihat pertengkaran Riyan dan Juan. Setidaknya, mereka berdua membuatnya sedikit lupa dengan apa yang terjadi kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will He
Fiksi Umum[Completed] Kata orang, cinta pertama itu hanya omong kosong. Tapi kalau kata saya, kita enggak tahu kalau enggak dicoba, kan? Begitu pula dengan cerita cinta pertama saya tentangnya, tentang seseorang bernama Arga Anggara yang dengan penuh harap s...