Jakarta, Januari 2019
Kayla
"Kayla! Kamu potong rambut?"
Saya tersenyum lebar menyambut kedatangan Kak Agin—yang baru saja tiba di rumah bersama Kak Kelvin. Karena ucapan Kak Agin, saya merapikan rambur yang memang baru saya potong beberapa hari yang lalu. Yah, walaupun saya tidak begitu banyak memotongnya.
Untuk menyambut tahun 2019, saya memang sudah memantapkan hati di akhir 2018 lalu untuk sedikit memotong rambut karena bosan.
"Ngomong-ngomong, kamu mau kemana? Kak Agin baru dateng, kamu udah mau pergi." Kak Agin tiba-tiba memasang wajah sedihnya dan membuat saya tertawa pelan.
"Aku mau ketemu sama Kak Kala, Kak." kata saya. Dan ternyata, Kak Agin masih ingat siapa Kak Kala yang saya maksud.
Saya sudah tidak mengambil kelas di kursus memasak lagi. Bukan karena saya tidak mau, tetapi karena memang sudah habis masanya. Semenjak itu, saya dan Kak Kala jarang bertemu. Kita hanya sesekali bertukar kabar saja lewat aplikasi Whatsapp. Dan hari ini, saya mengajak Kak Kala bertemu di salah satu pusat perbelanjaan. Alasannya tidak ada sih. Saya hanya merindukan Kak Kala.
"Oh, temen kamu waktu kursus dulu ya?" Saya mengangguk, mengiyakan ucapan Kak Agin.
"Kamu pergi sama siapa?" tanya Kak Kelvin yang sedari tadi sibuk mengunyah kue yang saya buat tadi pagi bersama Bunda.
"Sendiri aja. Tuh, ojol-nya udah di depan. Aku pergi dulu ya." Kak Kelvin, Bunda, dan Kak Agin yang ada di dalam hanya berkoor menanggapi saya. Saya tersenyum dan berjalan menuju mobil berwarna putih yang sudah menunggu di depan.
Tahun berganti, saya merasa diri saya semakin dewasa dan juga mengalami banyak perubahan. Tapi tak jarang juga saya merindukan masa-masa sekolah, walau tak banyak yang bisa saya rindukan.
Saya rindu Dina, sahabat—yang saya tak tahu apakah saya masih bersahabat atau tidak dengannya. Tapi ya, saya merindukan teman sebangku saya yang cerewet itu. Sesekali, kami sering bertukar kabar lewat sosial media. Dina masih saja sering menggoda saya. Dina bilang, kehidupan perkuliahannya lumayan merepotkan. Tetapi itu hanya sebagiannya saja dan dia tetap merasa senang. Apalagi ia punya pacar yang ganteng sekarang, katanya.
Kalau dengan Bayu, saya tidak tahu kabarnya. Dia juga sepertinya jarang pulang. Sedangkan di sosial media, saya dan Bayu seperti orang asing saja. Saya terlalu segan untuk mengomentari aktivitasnya duluan. Saya takut, kalau-kalau Bayu menganggap saya sok asik karena tiba-tiba menghubungi.
Kalau soal Saka apalagi. Jangan ditanya. Saya paling tidak tahu bagaimana kabarnya. Saka juga bukan seseorang yang aktif di sosial media. Tapi yang jelas, ketiga orang yang dulu pernah mengisi hari-hari sekolah saya itu, akan lulus di tahun ini. Sedangkan saya, saya sedang menyiapkan diri untuk mengikuti Culinary Academy. Saya juga membuka bisnis online dan menjualkan kue-kue buatan saya. Dan ternyata, hasilnya sangat lumayan hingga saya dapat membeli handphone sendiri tanpa minta uang ke Ayah dan Bunda.
Entah kenapa, memikirkan masa-masa dulu selalu membuat saya tanpa sadar mengulum senyum. Benar. Semuaya sudah berubah.
Saat saya sedang asik melamun, tiba-tiba handphone saya berbunyi. Karena saat itu sedang lampu merah dan saya juga bosan, saya segera membuka notifikasinya dan tersenyum lebar. Tanpa menunggu lama lagi, saya segera membuka Instagram live yang tengah berjalan itu.
"Sekarang gue lagi live pake akunnya si Arga. Orangnya lagi tidur nih."
Orang yang sedang berbicara sekarang adalah Kak Riyan, bassist-nya sweetchaos, band-nya Kak Arga. Beberapa tahun setelah mereka terbentuk, sweetchaos sangat berkembang pesat. Kak Arga dan teman-temannya benar-benar berjuang dengan keras untuk mewujudkan mimpi mereka. Dan sweetchaos lumayan populer di kalangan penyuka musik indie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will He
General Fiction[Completed] Kata orang, cinta pertama itu hanya omong kosong. Tapi kalau kata saya, kita enggak tahu kalau enggak dicoba, kan? Begitu pula dengan cerita cinta pertama saya tentangnya, tentang seseorang bernama Arga Anggara yang dengan penuh harap s...