Kayla
Saya menatap kagum ke arah keramaian yang ada di lapangan. Saya selalu suka suasana di sekolah jika sudah seperti ini. Belum lagi ada suara-suara yang sedang melakukan check sound. Lalu ada banyak siswa-siswa dari sekolah lain juga—yang pastinya datang untuk menonton penampilan The Devil's Talk. Saya jadi semakin penasaran untuk ikut menonton mereka.
"Aduuuh, enggak sabar banget deh gue!" seru Dina yang sedari tadi sebenarnya heboh di samping saya. "Enggak sabar mau lihatin Kak El!"
"Kak El?"
"Kak Manuel—Keyboardist-nya! Ah elo sih, Kay, cuma nanyain Kak Arga doang."
Saya hanya menyengir canggung dan menatap lurus lagi ke arah panggung yang sudah mulai ramai dikerumuni orang. Tiba-tiba saya merasa cemas dan takut jika tidak bisa melihat penampilan mereka dari dekat. Seolah menjawab kecemasan saya yang tidak begitu berarti, Dina tiba-tiba menarik saya untuk segera mengambil tempat berdiri yang tak jauh dari panggung.
Entah ada apa dengan saya, tapi jantung saya tiba-tiba berdetak tak karuan. Padahal, saya belum pernah sama sekali melihat penampilan band ini secara langsung. Saya bahkan baru mengenal mereka kemarin dari Dina. Tapi, vokalis sekaligus gitaris mereka yang bernama Arga Anggara itu, membuat saya sedikit penasaran.
"Kay, Kay, udah mau mulai!"
Dina tiba-tiba berteriak heboh, bukan hanya dia tentunya. Ternyata, mereka memang lumayan populer. Saya menengadah, menatap panggung dengan tatapan kagum dan dengan sabar menunggu para MC membuka acara dengan basa-basi.
Setelah selesai basa-basi, mereka pun menyambut keempat anggota The Devil's Talk ke atas panggung. Suara teriakan heboh kembali terdengar, bahkan lebih kencang dari sebelumnya. Saya sampai harus menutup telinga saya karena teriakan mereka begitu nyaring dan menusuk indera pendengaran saya.
Saya kembali menatap ke arah panggung—tepatnya ke arah Arga Anggara yang sekarang sedang menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan dari MC. Saya memandanginya lekat-lekat, dia tersenyum. Lalu saya pun ikut tersenyum. Aneh, senyumnya menular lagi.
"Halo semuanya!"
"Halooo!"
Saya tidak ikut-ikutan menjawab. Tapi para penggemar yang menyapa kembali sapaannya itu membuat ia kembali mengulum senyuman. Mungkin dia tidak sadar, tapi senyumannya sungguh berbahaya. Kemudian ia tertawa saat mendengar sapaan dari penggemarnya menjadi lebih heboh. Dia sesenang itu, sebahagia itu untuk berada di atas panggung.
Anehnya lagi, saya bahkan tidak begitu mendengar apa yang ia katakan selanjutnya karena sedetik kemudian, ia sudah mulai bernyanyi dengan senyuman yang kerap menghiasi wajahnya.
Detik itu juga, saya yakin, perasaan yang sedang saya rasakan sepertinya bukan rasa penasaran semata.
-ooo-
"Ih, HP gue butut banget sih!" gerutu Dina saat sedang menonton hasil rekaman videonya sendiri.
Saya hanya tersenyum menanggapinya dan kembali menatap hasil galeri saya yang sudah penuh dengan video-video dan hanya saya khususkan untuk mengambil momen Kak Arga. Saya kembali tersenyum geli. Saya tidak menyangka saya akan ikut-ikutan heboh seperti ini.
"Cie, Kayla, senyam-senyum lihatin Kak Arga. Naksir ya?!"
Saya dengan cepat menyembunyikan ponsel saya tanpa menatap Dina. Ramadina ini memang bocor sekali.
"Kay, mending follow Kak Arga di Instagram, deh. Biar lo tahu kegiatan Kak Arga ke mana aja." kata Dina lagi.
"Instagram? Tapi, Din... Gue bahkan enggak punya Instagram."
KAMU SEDANG MEMBACA
Will He
General Fiction[Completed] Kata orang, cinta pertama itu hanya omong kosong. Tapi kalau kata saya, kita enggak tahu kalau enggak dicoba, kan? Begitu pula dengan cerita cinta pertama saya tentangnya, tentang seseorang bernama Arga Anggara yang dengan penuh harap s...