Kayla
Pagi ini, Kak Arga dijemput oleh Kak Arion untuk berangkat tour. Sebenarnya saya menawarkan diri untuk mengantar Kak Arga langsung ke Bandara. Tetapi, Kak Arga meminta saya di rumah saja.
"Nanti Agin dateng jam berapa?" tanyanya ketika kami sudah berjalan keluar rumah. Mobil Kak Arion sudah terparkir di luar pagar dan membantu Kak Arga membawa barang-barangnya.
"Habis kerja katanya. Berarti nanti sore. Mungkin sampainya malem sih." jawab saya mengingat-ingat jadwal jam kerja Kak Agin yang ia katakan kepada saya tadi malam.
Kak Arga kemudian menatap saya cemas dan segera saya balas dengan desahan kecil. Padahal, ini kan bukan kali pertamanya saya sendirian di rumah hingga malam hari. Lagi pula, sampai sore nanti saya akan ditemani oleh Bi Ayu dan saya tidak benar-benar sendirian.
"Kamu kenapa sih? Aku kan nanti sama Bi Ayu." Saya tersenyum dan berharap senyuman saya itu dapat sedikit melegakan hatinya.
"Iya. Tapi kan Bi Ayu bakalan pulang sorenya. Selagi nunggu Agin kamu sama siapa?"
"Kak Arga...." Saya memutar tubuh Kak Arga dan mendorongnya untuk berjalan ke arah mobil Kak Arion. Sementara ia pasrah saja dan sekali-kali melirik saya di belakangnya. "Aku enggak bakalan kenapa-napa! Kalau kamu cemas terus aku malah khawatir sendiri loh."
"Iya, iya, enggak..." Kak Arga membalikkan tubuhnya dan menatap saya lekat. Saya selalu suka setiap Kak Arga mengusap rambut saya atau pipi seperti sekarang ini. "Hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa telepon aku ya."
"Iya, Kak. Kamu hati-hati ya di sana? Jangan sampai telat makan."
Kak Arga tersenyum lalu memeluk saya erat. Pelukannya agak lama dan sesekali ia mengusap punggung saya. Setelah puas memeluk, Kak Arga melepaskan pelukannya dan menatap saya lagi. "Aku berangkat ya," katanya lalu berpindah kepada perut saya yang besar. "Aruna, Ayah mau pergi dulu. Baik-baik sama Bunda, ya? Jangan tendang-tendang Bundanya ya."
Saya terkekeh pelan mendengar caranya berbicara yang lucu. Melihat saya tertawa, ia pun ikut tertawa.
"Yuk, Ga." sahut Kak Arion yang sejak tadi hanya memperhatikan kami sambil menyunggingkan senyum.
Kak Arga menoleh sebentar kepada Kak Arion lalu menganggukkan kepalanya sebelum akhirnya ia menatap saya lagi. "Kalau Agin udah dateng, kabarin aku ya."
Saya mengangguk lagi lalu mengecup singkat pipi Kak Arga. Ia sedikit terkejut lalu menyunggingkan senyum lebar sebelum akhirnya ia menghampiri Kak Arion dan berlalu pergi dengan mobilnya.
-ooo-
Saya melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Setelah tadi pagi melihat Kak Arga pergi, saya kembali tidur untuk menunggu kedatangan Bi Ayu yang biasanya datang pukul delapan pagi. Setelah ia datang, saya banyak bercerita dengannya sembari ia melakukan pekerjaan rumah.
Ketika akhirnya saya merasa lelah berdiri, saya memutuskan untuk berbaring di depan televisi dan menonton apapun acara televisi yang sekiranya menarik—walau pada akhirnya saya membiarkan saja televisi itu hidup tanpa menontonnya.
Untuk mengusir rasa jenuh, saya membuka sosial media dan menonton video-video lucu dari sana. Saat itulah, sebuah telepon masuk membuat saya menyunggingkan senyum dan mengangkatnya.
"Halo, Din?" sapa saya kepada Dina.
"Coba tebak gue di mana?!" serunya begitu saya mengangkat telepon itu.
Saya mengerjap bingung. "Di mana? Di Jogja, 'kan?"
"Di depan rumah lo!" katanya tiba-tiba lalu memutuskan sambungan telepon begitu saja. Sekon berikutnya, saya mendengar ia meneriaki nama saya di depan rumah. Saya langsung bangkit dari sofa dan bergegas untuk membukakan pintu. Dan benar saja, Dina ada di depan rumah saya dengan senyuman lebar yang sudah jarang saya lihat secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will He
General Fiction[Completed] Kata orang, cinta pertama itu hanya omong kosong. Tapi kalau kata saya, kita enggak tahu kalau enggak dicoba, kan? Begitu pula dengan cerita cinta pertama saya tentangnya, tentang seseorang bernama Arga Anggara yang dengan penuh harap s...