01

4.8K 281 19
                                    

Jakarta, Agustus 2014

Kayla

"Bayu itu pacarnya Nata! Ganjen amat sih lo nebeng-nebeng!"

Saya bukan orang yang gampang dirundung, sebenarnya. Walau teman-teman saya memang tidak sebanyak mereka, tetapi saya cukup bisa berbaur kepada orang-orang. Saya hanya sedikit pemalu saja. Namun, berada di kondisi yang seperti ini, membuat saya sedikit kaget. Saya hanya sering lihat perundungan di film-film atau serial-serial yang pernah saya tonton. Siapa yang sangka, sekarang saya sendiri tengah didorong dan disudutkan oleh teman-temannya Natasha.

Sebelum kalian menebak-nebak, saya akan mengatakannya terlebih dahulu. Saya di sini bukan seperti yang kalian pikirkan. Saya tidak menggoda Bayu, seperti yang disebutkan oleh orang-orang ini.

"Eh, apa lo lihat-lihat?!"

"Gue enggak ada liat Nata di sini. Kalau emang Nata ngerasa terganggu sama pertemanan gue dengan Bayu, biarin gue yang ngomong sama Nata."

"Berani lo bales ucapan kita?!"

Ya jelas saja saya berani. Saya merasa tidak salah, karena saya tidak punya hubungan apa-apa dengan Bayu—seperti yang mereka tuduhkan.

"Guys!"

Saya mendongakkan wajah dan menatap Natasha yang sedari tadi disebut-sebut muncul lalu berlari ke arah kami dengan dahi yang berkerut. Tentu saja yang datang adalah Natasha—bukan pangeran saya yang akan membela saya seperti di film-film.

Sebab, saya tidak pernah memiliki seorang pacar.

"Apa-apaan sih?!" bentak Natasha dengan marah, memandangi satu persatu teman-temannya yang merundungi saya. Oh, teman-temannya ada empat orang. Dan saya sendirian. Adil sekali.

Teman-temannya Natasha itu langsung terdiam—tidak ada yang berani menatap Natasha. Di mata saya, dia kelihatan seperti Alpha Woman saja.

"Kayla, sorry, lo enggak kenapa-napa, 'kan?" tanya Natasha sembari menatap saya.

"Iya, enggak apa, Nat."

Natasha menipiskan senyumnya, "Kay, lo boleh pulang kok. Maaf, gue sama Bayu enggak ada urusannya sama lo. Tenang aja. Sorry ya, Kay?"

Saya balas senyuman Natasha lalu mengangguk. Sebelum saya benar-benar pergi, salah satu temannya Natasha kelihatan tidak suka karena Natasha melepaskan saya begitu saja.

Walaupun tidak begitu mengenal Natasha, tapi saya tahu, Natasha itu perempuan yang baik sekali. Tapi aneh juga karena ia mau berteman dengan orang-orang seperti itu.

-ooo-

Kalau kalian penasaran, saya akan cerita.

Bayu yang tadi disebutkan oleh mereka itu harusnya mengantar saya pulang sore ini. Tapi saya menolak dan berbohong kepadanya kalau saya akan kerja kelompok bersama Dina—dan beberapa teman lainnya. Nyatanya, saya malah diajak ke belakang sekolah dan dirundung.

Saya akan perjelas.

Hubungan saya dan Bayu itu hanya sebatas tetangga—yang berbeda blok saja. Dulu waktu kecil, saya lumayan sering bermain dengan Bayu. Tapi seiring berjalannya waktu, saya dan Bayu tidak seakrab dulu lagi.

Sesekali, Bayu sering mengajak saya pulang bersama kalau ia melihat saya menunggu Kak Kelvin—kakak lelaki saya telat menjemput. Sebab, sekarang Kak Kelvin itu sudah semester lima, dan dia semakin sibuk dengan perkualiahannya. Saya sudah berulang kali mengatakan bahwa ia tidak perlu menjemput saya. Tapi di mata Kak Kelvin, saya masih seperti anak kecil yang berusia sepuluh tahun.

Will HeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang