Kayla
"Ih, kok gue deg-degan sih?"
Mendengar ucapan Dina ketika kami berdua akan masuk ke dalam kafe, membuat saya menoleh kepadanya dan tersenyum. Mungkin karena sudah lama tidak bertemu, Dina merasa cemas dengan perubahan yang ada. Bukan hanya pada mereka, tetapi juga saya dan dirinya sendiri. Karena selain Dina, saya pun merasa sedikit deg-degan.
"Kayla, Dina!"
Saya dan Dina sama-sama menoleh ke asal suara yang baru saja meneriaki nama kami. Suara itu dulu nyaris selalu saya dengar ketika saya masih sekolah dan saya masih hafal dengan pemilik suara itu. Natasha, perempuan yang dulu tidak pernah salah paham dengan hubungan saya dan Bayu. Mungkin memang berjodoh, atau mereka hanya dipisahkan oleh waktu saja. Kini, Bayu dan Nata kembali bersama.
"Hai, Nata!" seru Dina lalu memeluk Nata. Nata melepas pelukannya dan bergantian untuk memeluk saya.
"Ya ampun, Kay.... Cantik banget! Aura keibuannya jadi nongol. Iya kan, Bay?" sahut Nata dan menoleh kepada Bayu yang duduk bersama Saka.
Saya bertukar pandang dengan Saka lalu kemudian saling melempar senyum.
"Duduk, duduk!" kata Nata lagi. Saya dan Dina kemudian duduk bersampingan.
"Berarti tahun lalu tuh hasilnya ini ya, Kay?" goda Bayu membuat saya menekuk bibir kesal. Ia malah tertawa. Bukannya berhenti tetapi malah kembali menggoda saya. "Suami lo ngasih izin enggak nih lo di sini sekarang?"
"Kasih dong," kata saya cepat. "Kalau enggak ngapain aku duduk di sini sekarang."
Dina menganggukkan kepalanya membela saya. "Kak Arga enggak seposesif itu kali, Bay."
"Dih, lo enggak tahu aja waktu ketemu Kayla tahun lalu di Bali, gue kayak mau diterkam kapan aja sama suaminya!"
"Ah, lebay lo!"
Saya tertawa renyah, begitu pula dengan Nata dan Saka. Dulu, Dina dan Bayu sering sekali bertengkar sehingga pemandangan seperti ini membuat saya rindu.
"Udah berapa bulan sih, Kay?" tanya Nata.
"Udah mau tujuh bulan, Nat."
"Bentar lagi dong? Sehat-sehat ya, Kay... Ntar kabarin kalau mau lahiran ya!"
Saya mengangguk sambil tersenyum. "Iya, pasti dikabarin. Eh ngomong-ngomong, kok bisa balikan sih?"
Bayu dan Nata saling melempar pandang. Melihat bagaimana Bayu bereaksi setelahnya—ia menggaruk kepalanya—yang entah benar-benar gatal atau tidak, Nata langsung menatap saya dan menjawab. "Lo enggak tahu aja, Kay. Semenjak kuliah dia tuh masih sering hubungin gue tahu. Bahkan ketika kita punya pacar masing-masing, dia curhatnya ke gue juga."
"Alah, basi banget cara lo, Bay!" protes Dina segera. "Emang dasarnya lo susah buat move on dari Nata, 'kan?!"
Bayu yang disudutkan hanya menyengir dan mengusap kepalanya. Ia tahu, membela diri pun tidak akan membuatnya menang melawan ucapan Dina atau Natasha. Karena sepertinya apa yang diucapkan Nata atau Dina itu benar. Memang pada dasarnya, Bayu tidak bisa melupakan Nata kala itu.
"Kok lo diem aja sih, Sak? Gugup ya ngelihat mantan gebetan inner beauty-nya makin keluar karena lagi hamil?" Bayu pun menyahut dan refleks membuat saya menoleh ke arah Saka yang ternyata juga langsung melihat kepada saya.
Saka berdecak dan melemparkan sesuatu ke arah Bayu yang membuat pria itu tergelak jahil. "Apaan sih. Jangan ngomong gitu sama ibu hamil." katanya setelah itu.
"Pak Dokter apa kabar nih? Denger-denger ada pacarnya ya sekarang?" tanya Dina tiba-tiba. Ia memang sangat penasaran dengan status Saka yang sekarang. Apakah laki-laki itu memiliki pacar atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will He
Fiksi Umum[Completed] Kata orang, cinta pertama itu hanya omong kosong. Tapi kalau kata saya, kita enggak tahu kalau enggak dicoba, kan? Begitu pula dengan cerita cinta pertama saya tentangnya, tentang seseorang bernama Arga Anggara yang dengan penuh harap s...