16

1K 167 22
                                    

"Gue mungkin adalah orang yang paling egois buat Saka."

Dina menghentikan segala aktivitasnya menyusuri rak buku begitu mendengar ucapan yang keluar dari mulut Kayla. Gadis itu terlihat sedang menyandarkan tubuhnya dengan lemas pada sandaran kursi di perpustakaan sekolah. Dina mengedarkan pandangannya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun di perpustakaan selain dirinya dan Kayla, Dina segera mencubit pelan lengan Kayla sehingga membuat gadis itu mengaduh perih.

"Aduh! Apa-apaan sih, Din?"

Dina berdecak dan duduk di sebelah Kayla. "Apa yang udah lo lakukan ke Saka?"

Kayla mendengus dan menampar pelan jemari Dina yang barusan mencubit lengannya. "Enggak diapa-apain..."

"Terus?"

"Gue cuma ngerasa kayak gitu, Din."

"Lo tuh sampai detik ini belum baper sama Saka ya?" tanya Dina penuh selidik.

Kayla tampak sedang menimbang-nimbang. Sedang berusaha mengumpulkan ingatan-ingatannya, tapi hasilnya nihil. Kayla tidak merasakan apa-apa saat ia bersama Saka. Kayla tidak merasakan debaran yang sama ketika ia bersama dengan Kak Arga. Saat bersama Saka, Kayla hanya merasa senang, sama halnya seperti ia bertemu dengan Dina atau Bayu.

"Ya ampun, Kay." balas Dina lalu meletakkan buku-bukunya di atas meja. "Kalau emang lo enggak ada rasa apa pun sama Saka, jangan bikin dia mikir kalau lo suka."

"Gue udah pernah bilang kayak gitu sama Saka."

"Terus?"

Kayla bergeming, berusaha mengingat apa yang Saka ucapkan kala itu. Saat itu, Kayla berharap bahwa Saka akan menyerah tapi nyatanya tidak. Saka malah berkata, "Enggak apa, aku tunggu sampai kamu siap."

Mungkin, Saka merasa ia bisa mendapatkan hati Kayla. Nyatanya, Saka masih belum dapat menempatkan sesuatu di hati Kayla. Berbulan-bulan setelah Saka mengatakan itu, Kayla tetap saja menyukai Arga. Bahkan perasaannya itu tidak hilang walau ia tidak bertemu dengan Arga.

"Saka mau terus mencoba ya?" tanya Dina dan Kayla mengangguk sebagai sebuah jawaban.

"Susah sih emang kalau cowoknya kayak Saka. Dia sesabar dan seyakin itu. Gue cuma bisa berdoa semoga Saka dapet cewek yang baik deh."

"Jadi, gue enggak baik ya, Din?"

Dina tergelak lalu memberikan sebuah pukulan ringan pada lengan Kayla. "Enggak gitu! Lo cuma enggak jelas aja."

Kayla menipiskan senyumnya dan terdiam lagi sambil menidurkan kepalanya di atas meja perpustakaan dan larut dalam lamunannya. Kayla tidak punya pengalaman seperti ini sebelumnya dan ia pun bukan tipe seseorang yang akan lancar menceritakan itu. Karena itu lah, Kayla hanya menceritakan potongan-potongan dari ceritanya seperti sekarang ini.

Setiap ia melihat Saka—Saka yang sekarang sering kali tersenyum padanya. Kayla akan selalu berpikir, kenapa Saka sesuka itu kepadanya. Apa yang Saka suka dari orang sepertinya? Ia tidak pintar seperti Saka, tidak memiliki banyak teman juga seperti Saka. Ia juga tidak begitu cantik. Tapi kenapa, Saka tidak menyerah?

"Saka kayaknya lebih cocok sama anak dari IPS itu, Din."

Perkataan Kayla lagi-lagi membuat Dina menghentikan aktivitasnya dan kembali memandangi Kayla. "Riani maksud lo?"

Kayla mengangguk membenarkan. "Dia cantik, pinter kayak Saka, suka bergaul juga—"

"Tapi aku sukanya sama kamu Kayla."

Kayla langsung mengangkat kepalanya dan menoleh ke asal suara—Saka, yang tiba-tiba terdengar di perpustakaan yang sepi itu. Sorot mata Saka terlihat marah. Kayla lupa, bahwa Saka juga seorang murid yang gemar datang ke perpustakaan untuk meminjam buku.

Will HeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang