27

939 163 21
                                    

Vina menatap Arga lekat. Air mukanya menunjukkan ketakutan yang luar biasa. Sekali lihat, Vina juga tahu bahwa Arga sedang marah besar sekarang. Tidak seperti Vina dan Arga, Cetta justru terlihat lebih santai.

"Ini enggak seperti apa yang kamu pikirkan—"

"Emangnya lo tahu apa yang lagi gue pikirin, Vin?"

Vina tersentak. Mendengar cara Arga berbicara, Vina tahu bahwa ia sudah tidak akan memiliki kesempatan lagi di dalam hidup Arga. Apa pun yang akan ia ucapkan, sudah jelas akan disanggah habis-habisan oleh Arga.

"Kita udah ketangkap basah, Vin." Cetta tersenyum miring lalu menatap Arga. "Pasti El yang bocorin."

Tidak butuh waktu lama bagi Cetta untuk langsung terjatuh ke lantai ketika Arga menarik kaos putihnya dan melayangkan pukulan. Pukulan itu membuat sudut bibir Cetta berderah. Vina memekik kaget. Ini jelas di luar kendalinya dan tentu bukan ini yang ia harapkan saat datang ke apartemen Cetta.

"Brengsek! Maksud lo apa, Ta?! Dari banyaknya cewek, kenapa Vina?!"

Cetta mengusap ujung bibirnya lalu terkekeh pelan. Tawaanya itu tak berlangsung lama, ia pun menatap Arga tajam. "Udah kayak gini lo baru sok-sokan marah? Apa lo enggak tahu selama ini Vina menderita karena keluarga lo?"

Arga terhenyak dan menolehkan kepalanya untuk menatap Vina. Perempuan itu bergeming. Cetta bangkit berdiri dan mendorong Arga kasar. "Lo cuma fokus sama diri lo sendiri! Sama masalah lo dan bokap lo! Tapi enggak pernah benar-benar peduli sama Vina—"

"Tahu apa lo brengsek!" Arga kembali memukul Cetta. Kali ini, Cetta tidak tinggal diam. Ia balas memukul Arga.

"Ta, udah! Berhenti, Ta!" teriak Vina sembari berusaha memisahkan Arga dan Cetta.

Arga menghentikan tangannya di udara, mencengkram kuat pegangannya pada kerah Cetta. Kenangan saat bersama-sama memulai The Devil's Talk terlintas di benaknya. Jerih payah mereka selama ini, mimpi mereka—apakah itu bukan apa-apa bagi Cetta?

Arga kemudian menurunkan tangannya dan sorot matanya berubah melunak. "Ta... Gue udah anggap lo, Ben, dan El keluarga gue. Lo bertiga bagian dari mimpi gue, Ta. Apa itu enggak ada apa-apanya buat lo, Ta?"

Cetta mendengus dan mendorong bahu Arga dengan kasar. "Mimpi apa? Jangan becanda, Ga. Gue enggak punya mimpi. Persetan sama mimpi lo! Persetan sama The Devil's Talk!"

"Cetta!" Vina berteriak dan membuat Cetta tersentak. Vina menghela napasnya dan berjalan mendekati Cetta, lalu menatap Arga. "Ga... Maaf. Maafin kita, Ga. Aku minta maaf banget. Aku tahu, kesalahan ini enggak bakalan bisa kamu maafkan dengan mudah. Aku sama Cetta udah buat kamu kecewa." Vina meneteskan air mata, mengalihkan pandangannya dari Arga. "Tapi, maaf, Ga... Lebih baik, kamu pulang aja."

Hening. Tidak ada satu pun dari mereka yang bersuara setelah mendengar ucapan Vina. Arga mengepalkan tangannya kuat-kuat lalu membalikkan tubuhnya, bermaksud untuk meninggalkan unit Cetta. Namun sebelum itu terjadi, Arga kembali berhenti berjalan dan menarik napasnya dalam.

"Sakit, Vin." gumam Arga lalu membawa dirinya keluar dari unit milik Cetta.

Semuanya tidak akan lagi sama. Vina dan The Devil's Talk. Semuanya hilang.

-ooo-

Arga mengabaikan semua panggilan masuk dari Ben, Sarah, dan juga Manuel. Pikirannya kacau dan yang ada di benaknya sekarang hanyalah mamanya. Arga hanya ingin pulang dan memeluk sang ibu. Sang Ibu yang kala itu berkata, bahwa tidak ada orang yang benar-benar berubah secepat itu. Bahwa ia tak percaya dengan Vina. Sekarang Arga sadar, kala itu, Rita hanya ingin yang terbaik untuk anaknya.

Will HeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang