52

1.4K 171 17
                                    

Arga

Tour sweetchaos udah berakhir dan gue enggak sabar banget untuk cepat pulang dan ketemu Kayla. Kayla juga bilang kalau dia bakalan jemput gue di Bandara bareng Agin dan Kelvin. Sesampainya gue di Bandara dan keluar dari sana, gue langsung melihat Kayla yang berdiri di luar sambil melambaikan tangannya beberapa kali.

Gue tersenyum lebar dan bergegas menghampiri dia, meninggalkan bandmate gue di belakang.

"Welcome home, Kak!" serunya sambil memeluk gue.

Gue membalas pelukan eratnya, tanpa memperdulikan tatapan enggak suka dari Kelvin. Udah selama itu pun, Kelvin kadang masih sinis sama gue. Tapi untungnya, dia enggak sesinis sebelum-sebelumnya.

"Enggak boleh pelukan depan umum, Dek." ujarnya dari belakang membuat gue dan Kayla menyudahi pelukan.

"Mereka udah nikah kali, Kel. Apaan sih kamu. Kayla udah mau punya anak masih aja cerewet." cetus Agin membela gue. Gue terkekeh dan menghampiri mereka, menyalami Kelvin yang memang udah lama banget enggak gue temui.

"Kel, thanks udah mau jemput. Apa kabar lo?"

Kelvin mengangguk. "Anytime, Ga. Baik kok. Ntar aja deh ngobrol-ngobrolnya di rumah."

"Bener juga," balas gue lalu menolehkan kepala dan melihat bandmate gue datang menghampiri.

"Hai, Kayla." Wira adalah yang pertama di antara mereka yang langsung menyapa Kayla lalu menganggukkan kepalanya kepada Agin dan Kelvin.

"Hai, Kakak-kakak semua." Kayla tersenyum dan melambaikan tangannya kepada yang lain sebagai sebuah sapaan.

"Enggak sabaran banget sih, Ga, kayak ninggalin dua bulan aja." sindir Riyan kemudian.

"Tahu nih," Juan enggak mau ketinggalan buat godain gue. "Kadang gue capek sama sisi dia yang bucin. Lo capek enggak sih, Yan?"

"Oh, tentu saja." balas Riyan.

Gue hanya membiarkan mereka berkata sesuka hati. Ternyata, menggoda gue saat tour belum cukup buat mereka. Mungkin ini yang dinamakan sama telat kasmaran? Tapi kalau kata Acha mah, enggak ada yang telat kalau soal kasmaran. Entahlah, gue enggak ngerti sama yang begituan. Tetapi mungkin emang bener, kalau gue jadi sayang banget sama Kayla.

Mungkin juga emang telat gue sadar sama perasaan ini. Tapi sumpah, gue enggak mau lagi menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Gue harus menjaga apa yang harus gue jaga sekarang.

"Gue balik duluan ya. Lo semua gimana?" tanya gue.

"Gue dijemput Ara. Lo bareng gue enggak, Yan?" tanya Juan kepada Riyan dan cowok itu langsung ngangguk.

"Gue sama Bang Arion aja." sahut Wira. "Lo gimana, Res?"

"Ngikut juga deh sama Bang Arion," jawab Fares.

Arion kemudian mengangguk, "Ya udah. Langsung aja yuk? Duluan ya, Ga, Kay. Hati-hati di jalan."

Setelah melihat mereka pergi, gue dan Kayla pun menunggu Kelvin dan Agin mengambil mobil. Gue menoleh untuk memperhatikan Kayla yang sejak tadi cuma diam. Wajahnya agak pucat dan gue lihat keringatnya ngalir dari dahi. Padahal, cuaca sedang enggak panas banget.

"Kay, kamu kenapa?" tanya gue cepat. Dia terkejut dan menoleh kepada gue dengan tatapan bingung.

"Kenapa?" tanyanya balik.

"Kamu kayak sakit. Muka kamu pucat." kata gue lalu menempelkan tangan ke dahinya. Untungnya, gue enggak merasakan suhunya panas di sana.

Kayla malah meraih tangan gue dan menatap gue dengan mata yang lelah. "Aku cuma kecapekan."

Will HeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang