Kayla
Saya percaya bahwa Kak Arga yang tiba-tiba berubah pikiran atas keterpaksaan Om Pandu.
Seminggu setelah Ayah dirawat di rumah sakit, Ayah sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Hari demi hari berlalu, kondisi Ayah sudah semakin membaik. Namun Ayah masih belum bisa kembali ke kantor karena kami masih takut ia tiba-tiba tumbang lagi karena stress di kantor. Alhasil, Om Fadli—adiknya Ayah yang paling kecil yang mengambil posisi Ayah di kantor untuk sementara waktu.
Rupanya, Kak Arga serius dengan ucapannya saat di rumah sakit itu. Ia akan menikahi saya. Benar, kami tidak punya pilihan lain. Tapi apakah ini jalan terbaik yang kami punya? Apa kami benar-benar tidak bisa menolak?
Suara tawa bahagia terdengar dari luar sana. Ada Bunda dan adik-adiknya. Mereka ada di sini untuk membahas pertunangan saya yang akan diadakan pada akhir bulan nanti. Semua terdengar bahagia, kecuali saya yang memutuskan untuk pergi keluar. Saya tidak mau berlama-lama di sini. Yang ada, saya hanya akan semakin sakit hati mendengar tawa mereka.
"Kayla, mau kemana?" tanya Tante Ratih, adiknya Bunda.
"Mau—"
"Mau ketemu Arga, kan?!" Bukan saya yang menjawab, tapi Tante Ratna, adik Bunda yang lainnya.
Saya mendengus. Kenapa mereka semua terlihat lebih bersemangat dibanding saya?
"Mau keluar, Tante." Saya menjawab dengan singkat lalu berderap menuju pintu keluar.
"Loh, kirain mau pergi sama Arga."
Saya menggeleng. Saya bahkan tidak tahu kabar Kak Arga. Karena mulai dari sekarang dan seterusnya, yang mengurus semuanya adalah Bunda dan Tante Rita. Saya hanya menurut, sebagaimana saya sebelumnya.
Tidak mau mendengar basa basi mereka lebih lama, saya langsung berlari kecil ke arah pagar dan masuk ke dalam mobil transportasi online yang saya pesan.
"Sesuai aplikasi ya, Neng?"
"Iya, Pak. Ke FX."
-ooo-
"Hah? Kayla mau nikah sama Kak Arga?"
Saya tidak heran kalau Calista akan sekaget itu mendengar cerita saya. Iya, saya dan Calista menjadi dekat karena seumuran dan saya lumayan sering bertemu dengan Calista ketika datang ke studio sweetchaos.
"Beneran, Kay? Atau cuma buat nyenangin ayah kamu dan papanya Kak Arga?" tanya Calista lagi.
Saya menggeleng pelan. Saya juga tidak tahu akan dibawa kemana pernikahan ini. Apakah untuk selamanya atau malah akan berhenti di tengah jalan. Yang jelas, saya sangat tidak mau pilihan kedua itu terjadi. Pernikahan itu sesuatu yang sakral. Saya tidak ingin main-main melakukannya. Tapi, bagaimana dengan Kak Arga? Bagaimana dengan perasaan Kak Arga?
"Menurutku, Kak Arga mungkin sebenernya juga naksir Kayla."
Saya mendongak ketika mendengar Calista berbicara.
"Selama bertahun-tahun kalian dekat, bahkan Kak Arga kadang-kadang ganti cara dia ngomong sama Kayla, masa dia enggak suka Kayla? Kayaknya enggak mungkin." lanjut Calista.
"Cal, Kak Acha yang temenan dari kecil sama Kak Riyan aja enggak saling suka kok. Jadi mungkin-mungkin aja kalau Kak Arga enggak suka aku."
"Iiiih, itu kan beda, Kay. Mereka tumbuh besar dari kecil. Like a brother and sister! Jadi enggak mungkin ada suka-sukaan!"
Saya tersenyum menatap Calista yang kelewat bersemangat. "Mungkin-mungkin aja? Kayak di drama korea."
"Itu kan drama korea, enggak semuanya kejadian di kita." kata Calista lagi tidak mau kalah. Lalu semangatnya yang tadi menggebu-gebu itu kemudian hilang, entah kemana perginya. Calista menyeruput minumannya dalam diam. "Contohnya kayak aku sama Fares. Kita udah bertahun-tahun pacaran. Kalau di film-film atau cerita-cerita novel, kita udah nikah. Tapi, aku enggak yakin aku dan Fares bakalan kayak gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Will He
General Fiction[Completed] Kata orang, cinta pertama itu hanya omong kosong. Tapi kalau kata saya, kita enggak tahu kalau enggak dicoba, kan? Begitu pula dengan cerita cinta pertama saya tentangnya, tentang seseorang bernama Arga Anggara yang dengan penuh harap s...