31

1K 159 8
                                    

Hari ini adalah hari minggu. Biasanya, Kayla hanya akan menghabiskan hari minggunya di rumah sambil menonton serial barat atau membaca novel yang belum ia tamatkan. Tapi minggu kali ini beda. Kayla terlihat bersemangat membandingkan pakaian satu dan yang lainnya untuk ia kenakan.

Ketika Kayla memantapkan hatinya untuk mengenakan yang mana, Kayla mencoba untuk bergaya sekali lagi di depan cermin. Ia mencoba tersenyum semanis mungkin dan senyuman itu pudar begitu saja. Ia menghembuskan napasnya dan duduk di atas ranjang.

"Kamu ngapain sih, Kayla..." gumamnya.

Kayla mengangkat wajahnya dan menatap pantulan dirinya pada cermin. Ia teringat bagaimana Arga meminta tolong padanya tadi malam untuk membalas pesan Cetta di Instagram.

"Balas aja pesannya Cetta, bilang kalau lo mau ketemu tapi jangan bilang lo pergi bareng gue."

"Hah? Pergi bareng Kak Arga?"

"Iya. Lo enggak boleh ketemu dia sendirian, Kayla."

Kayla sama sekali tidak mengerti maksud perkataan Arga tadi malam. Yang ia mengerti, hubungan Arga dan Cetta sepertinya tidak sedang baik-baik saja. Kayla pun tak ingin banyak bertanya dan lebih memilih untuk menyetujui permintaan Arga. Walau begitu, Kayla tetap merasa senang karena ia akan pergi bersama Arga. Belum lagi ketika Arga berkata bahwa lelaki itu akan menjemputnya ke rumah. Kayla merasa ia seperti sedang bermimpi. Walau sebenarnya, ada sedikit rasa cemas yang ia rasakan.

"Duh, cantiknya anak Bunda,"

Kayla menolehkan kepalanya ke arah muka pintu—di mana bundanya sedang berdiri di sana dan memperhatikannya sambil mengulum senyum. Melihat itu, mau tak mau Kayla pun ikut menyunggingkan senyum.

Dewi berjalan masuk menghampiri anak bungsunya dan duduk di sebelah Kayla. "Tante Rita bilang, kamu mau pergi sama Arga. Bener?"

Kayla tertegun sejenak lalu menganggukkan kepalanya pelan. "Iya, Bunda. Enggak ada apa-apa kok. Aku sama Kak Arga cuma mau ketemu temennya aja."

"Iya, iya. Bunda enggak bakalan tanya apa pun." balas Dewi sambil meletakkan menggenggam tangan anak gadisnya. "Kamu seneng sama Arga?"

"Kalau dibilang seneng, pasti aku seneng banget, Bun. Tapi cuma sebatas itu, enggak minta lebih." Kayla cengengesan dan Dewi terkekeh pelan mendengarnya. "Eh, tapi Bunda jangan bilang-bilang sama Kak Kelvin ya?"

Dewi semakin tertawa begitu Kayla menyebutkan nama Kelvin. "Iya, enggak bakalan Bunda bilang sama kakakmu itu. Dia kayaknya, apa tuh namanya, haters? Iya. Haters nomor satu Arga deh."

Kayla terkekeh. "Nanti Kak Kelvin berisik kalau tahu aku pergi sama Kak Arga. Padahal aku enggak ada apa-apanya sama Kak Arga. Aku cuma mau bantuin dia selesaiin masalah."

"Iya, Kayla. Enggak bakalan Bunda kasih tahu." Dewi mengusap pelan surai Kayla yang ia biarkan tergerai. "Apa pun itu, semoga kamu seneng hari ini."

"Makasih, Bunda."

Bersamaan dengan itu, suara klakson di depan rumah lalu sebuah denting notifikasi dari ponsel Kayla berbunyi. Kayla langsung beranjak dari duduknya dan meraih tasnya.

"Eh, Arga?!"

Kayla tersentak dan langsung berlari keluar begitu mendengar suara ayahnya. Tak hanya Kayla, tapi Dewi yang beberapa detik lalu masih terduduk di atas ranjang langsung ikut berderap keluar kamar dan menghampiri ke asal suara. Selain Kelvin, Kayla juga tidak ingin ayahnya tahu ia pergi dengan Arga hari ini. Tapi anehnya begitu ia melihat Arga dan ayahnya di luar sana, Arga terlihat biasa saja dan tak terusik sedikit pun.

Will HeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang